Suara.com - Studi terkini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup menjadi penyebab tertinggi kerusakan sperma. Faktor tersebut salah satunya adalah stres yang menjangkiti masyarakat saat ini termasuk para kaum Adam.
Temuan ini didapat peneliti Polandia yang menganalisis kondisi sperma dari 286 lelaki yang berusia dibawah 45 tahun. Peneliti menemukan, stres mampu mengubah struktur untaian DNA yang mempengaruhi kesuburan organ reproduksi laki-laki.
Responden yang mengalami fragmentasi DNA akibat terpapar stres dari rutinitas sehari-hari diketahui memiliki peluang lebih rendah untuk memiliki keturunan secara alami maupun program bayi tabung.
"Para responden, rata-rata memiliki konsentrasi sperma yang normal. Namun lelaki yang lebih tua dan terpapat stres akibat tuntutan pekerjaan memiliki lebih banyak DNA yang terfragmentasi dalam sperma mereka," ujar Bertolla selaku peneliti.
Bahkan kerusakan DNA akibat terpapar stres, kata dia, bisa diturunkan kepada keturunan dari lelaki tersebut jika berhasil memiliki anak.
"Namun kerusakan DNA bukan berarti tidak bisa dicegah, para kaum Adam bisa menjalani serangkaian yoga atau meditasi untuk mengurangi stres oksidatif dan psikologis yang mempengaruhi kesuburan sperma," imbuh Bertolla.
Meski banyak anggapan bahwa kerusakan sperma juga dipengaruhi oleh penggunaan telepon seluler, ia tak sepenuhnya yakin bahwa hal tersebut adalah benar.
"Saya tidak melihat bukti kuat bahwa anggapan ini benar," katanya. (Foxnews)
Studi: Stres, Penyebab Tersering Kerusakan Sperma
Kamis, 28 April 2016 | 10:15 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Gengsi di Atas Segalanya: Ketika Eksistensi Menjadi Hal yang Paling Utama
18 Desember 2024 | 15:08 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Health | 21:57 WIB
Health | 17:32 WIB
Health | 17:24 WIB
Health | 16:40 WIB
Health | 17:20 WIB
Health | 17:07 WIB
Health | 16:50 WIB