Suara.com - Tahukah Anda bahwa alergi yang dialami sejak usia dini dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan memicu beragam penyakit di kemudian hari. Oleh karena itu, Konsultan Alergi-Imunologi Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), mengatakan, bahwa mengenali alergi merupakan langkah pertama yang paling penting dalam manajemen alergi pada anak.
Dengan mengenali gejala alergi dan penyebabnya secara tepat, lanjut dia, maka anak dapat ditangani secara tepat pula sehingga tumbuh kembangnya tetap berjalan optimal.
"Munculnya reaksi alergi terhadap alergen dapat timbul dalam waktu singkat atau terjadi dalam beberapa bulan kemudian, tergantung dengan intensitas seseorang kontak dengan alergen tersebut," ujar Zaki pada temu media peluncuran “Allergy Awareness Week, Buku dan Website alergianak.com” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penyebab munculnya alergi ini, tambah dia, tergantung dari kadar antibodi IgE dalam tubuh seseorang yang berperan dalam memunculkan reaksi alergi saat kontak dengan alergen tertentu. Dan perlu diketahui, pada tubuh yang mengalami alergi, jumlah kadar antibodi IgE terhadap alergen yang spesifik, cenderung tinggi.
Tingginya kadar antibodi IgE terhadap alergen tertentu, menurut Zaki, dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Jika ada salah satu orangtua yang alergi, maka anak berpeluang mengalami alergi sebesar 40%. Sedangkan ketika kedua orangtua memiliki alergi, risiko alergi pada anak meningkat 60%.
"Risiko meningkat 80% jika orangtua memiliki alergi yang sama. Dan apabila ada saudara kandung yang memiliki alergi, kemungkinan anak juga mengalami alergi mencapai 30%," tambahnya.
Namun jika ketiga faktor tersebut tidak ada riwayat alergi, kata Zaki, maka anak tetap bisa berisiko alergi sebesar 5% yang akan timbul jika didukung oleh faktor lingkungan.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pada anak yang berisiko alergi, maka antibodi IgE yang spesifik terhadap alergen akan menempel pada sel mast atau sel yang berperan dalam reaksi alergi. "Jika IgE kontak dengan alergen seperti debu, protein susu sapi, tungau, protein telur, dan lainnya, maka sel mast pecah dan menimbulkan reaksi alergi," jelas Zaki.
Reaksi alergi inilah yang kemudian menunjukkan gejala pada anak seperti gatal-gatal (biduran), gangguan sistem pernapasan seperti asma dan rinitis, diare, muntah, gangguan mata (konjungtivitis alergik), dan gangguan susunan saraf seperti sakit kepala dan sebagainya.
Nah, untuk mengetahui status gejala anak yang dapat diasosiasikan dengan kondisi alergi, Anda dapat mengunjungi situs www.alergianak.com, kemudian klik cek gejala alergi anak.