Bos LV Indonesia Meninggal Bukan Karena Virus Zika

Ririn Indriani Suara.Com
Sabtu, 30 Januari 2016 | 12:36 WIB
Bos LV Indonesia Meninggal Bukan Karena Virus Zika
Ilustrasi virus Zika ditularkan lewat gigitan nyamuk. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan bahwa kematian bos LV Indonesia, Inka Wardhana bukan disebabkan virus zika.

"Menyampaikan klarifikasi terkait rumor kematian Inka Wardhana yang diberitakan akibat virus zika. Kementerian Kesehatan mengonfirmasi penyebab kematiannya bukan virus zika," kata Oscar lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).

Rumor ini mencuat setelah beredar pesan berantai atau broadcast yang berisi informasi soal virus Zika. Informasi tersebut berisi edaran dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta agar warga waspada terhadap virus Zika.

Selain edaran Dinkes DKI, dalam pesan berantai itu juga dikabarkan bahwa virus Zika sudah ada di daerah Bintaro, Tangsel dan sudah ada korban perempuan berusia 61 tahun bernama Inka Uta yang bekerja sebagai bos LV Indonesia yang diduga meninggal dunia karena virus tadi.

Menanggapi isu tersebut Oscar mengatakan bahwa sepanjang 2016, tidak ada laporan hasil konfirmasi virus zika dari laboratorium Balitbangkes Kemenkes dan Lembaga Biomolekuler Eijkman.

Namun demikian, Kementerian Kesehatan mengimbau agar masyarakat dapat turut aktif melakukan pencegahan kemungkinan tertularnya virus zika dengan menghindari gigitan nyamuk "Aides agyptes".

Beberapa cara bisa ditempuh guna mencegah pertumbuhan nyamuk tersebut, misalnya, dengan pemberantasan sarang nyamuk melalui langkah 3M, yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air.

"Juga ikut melakukan pengawasan jentik nyamuk dan meningkatkan daya tahun tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat," kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus tersebut menyebar dengan cepat dan menginfeksi sekitar empat juta orang di Amerika Latin. Terdapat kemungkinan virus tersebut menyebar ke sejumlah tempat di dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI