Waspadai Virus Zika

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 25 Januari 2016 | 12:02 WIB
Waspadai Virus Zika
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa media nasional dalam beberapa hari terakhir ini memberitakan mengenai penyebaran virus zika yang sedang terjadi di Amerika latin terutama Brasil dan Kolombia, bahkan hingga Eropa dan Asia, menyusul laporan dari Lembaga Kesehatan Inggris pada Sabtu (23/1/2016) tentang tiga warga Inggris yang terkena virus ini setelah melancong ke Amerika Tengah dan Selatan.

Kasus ini tentu saja membuat berbagai negara menjadi khawatir, karena penyebaran virus zika sudah menjalar ke Eropa dan Asia.

Menanggapi hal ini, praktisi klinis, dr Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa virus zika merupakan Flavivirus kelompok Arbovirus bagian dari virus RNA kali pertama diisolasi pada 1948 dari monyet di Hutan Zika Uganda.

"Jadi, sepertinya Zika sendiri merupakan nama hutan tempat dimana virus ini berhasil diisolasi," jelasnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Suara.com di Jakarta, Senin (25/1/2016).

Selanjutnya beberapa negara Afrika, Asia khususnya Asia Tenggara, Mikronesia, Amerika Latin, Karibia melaporkan penemuan virus ini.

Virus zika ini, lanjut Ari, penularannya sama seperti virus demam berdarah yaitu oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah Dengue (DBD).

Infeksi demam berdarah Dengue, kata dia, saat ini jumlah kasusnya meningkat di Indonesia yang memang sering terjadi pada musim hujan. "Seperti kita ketahui bahwa selain menjadi vektor atau pembawa virus Dengue dan virus zika, nyamuk ini juga membawa virus chikungunya," terang Ari dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.

Sudah Adakah di Indonesia?
Menurut Ari, pada 2015, lembaga Eijkman Jakarta telah berhasil mengisolasi virus zika di Indonesia. Bahkan dari hasil penelusurannya di kepustakaan ternyata pada 1981, peneliti Australia telah melaporkan pasien penderita virus zika setelah bepergian ke Indonesia.

Laporan-laporan tentang penularan kasus ini dari Indonesia terus berlanjut, pada 2013, peneliti Australia juga melaporkan kembali penemuan satu kasus infeksi virus zika pada seseorang warga negara Australia setelah melakukan perjalanan selama 9 hari ke Jakarta.

Penemuan kasus tersebut dipublikasi pada American Journal Tropical Medicine and Hygiene. Dari laporan beberapa kasus terdahulu dan adanya penemuan virus ini  tahun lalu oleh lembaga Eijkman, jelas bahwa virus zika juga sudah ada di Indonesia. "Memang virus zika ini dapat  terjangkit di musim hujan seperti saat ini," jelas Ari.

Gejala Terkena Virus Zika
Lantas, bagaimana gejala virus zika? Seperti infeksi virus pada umumnya, lanjut Ari, pada awal penyakit, pasien akan merasakan demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung dan kaki, serta nyeri otot dan sendi.

Beda dengan dengan infeksi virus dengue, pada infeksi ini mata pasien akan merah karena mengalami radang konjungtiva atau konjungtivitis. Tak hanya itu, pasien juga akan merasakan sakit kepala.

"Pemeriksaan laboratorium sederhana biasanya hanya menunjukkan penurunan kadar sel darah putih seperti umumnya infeksi virus lainnya. Berbeda dengan infeksi demam berdarah, infeksi virus zika tidak menyebabkan penurunan kadar trombosit," terang Ari yang juga menjabat sebagai Ketua PAPDI Jaya ini.  

Sementara untuk masa inkubasi, lanjut dia, hampir mirip dengan infeksi virus Dengue yaitu beberapa hari sampai satu minggu. Kemiripan inilah yang sering kali tidak terdeteksi, karena umumnya gejalanya ringan.

Namun, kata Ari, dengan istirahat dan banyak minum pasien dapat sembuh. Obat-obat yang diberikan, menurutnya, hanya bertujuan untuk mengatasi gejala yang timbul yaitu jika gatal diberikan obat gatal dan jika demam diberikan obat demam.

Pentingnya Pencegahan
Ari menjelaskan bahwa berbagai laporan di luar negeri khususnya di Brasil, penyakit infeksi virus zika ini dihubungkan dengan bayi dengan kepala yang kecil (mikrosefali).

Jadi, ibu-ibu yang terinfeksi oleh virus ini, saat hamil bisa melahirkan bayi dengan kelainan kepala tadi sehingga perkembangan otaknya menjadi terganggu. Oleh karena itu minggu lalu, tepatnya 15 Januari 2016, pemerintah Amerika melalui US Centers for Disease Control and prevention (CDC)  telah memberikan travel alert buat warganya yang sedang hamil atau sedang berencana untuk hamil untuk menunda melakukan perjalanan ke negara-negara yang sedang terjangkit virus zika.

"Sampai sejauh ini sudah 18 negara Amerika Latin dan Karibia yang melaporkan adanya infeksi virus zika ini antara lain Brasil, Barbados, Kolombia, Ekuador, El Salvador, French Guiana, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname dan  Venezuela," jelas Ari merinci.

Beranjak dari kondisi itulah, ia mengingatkan masyarakat Indonesia tetap mewaspadai kemungkinan terinfeksi oleh virus zika. Apalagi ada laporan-laporan yang menyebutkan bahwa kasusnya pernah ditemui di Indonesia dan kebetulan vektor pembawa penyakit virus ini memang ada di Indonesia yaitu, nyamuk Aedes Aegypti yang juga membawa penyakit infeksi demam berdarah dan Chikungunya.

"Saat ini memang vaksin untuk virus ini belum ada. Pengobatan lebih banyak bersifat suportif, istirahat cukup, banyak minum, jika demam minum obat penurun panas dan tetap mengonsumsi makanan yang bergizi," jelas Ari.

Untuk pencegahan, ia mengatakan, sama seperti pencegahan infeksi demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk dengan "3M" yaitu, mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan Air dan pemberian abate.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI