Studi: Stres pada Lansia, Turunkan Daya Ingat

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 17 Desember 2015 | 15:44 WIB
Studi: Stres pada Lansia, Turunkan Daya Ingat
Ilustrasi lansia yang mengalami stres. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres memang bisa mempengaruhi kesehatan manusia tanpa pandang usia. Tak hanya hidup jadi tak bergairah, stres juga bisa memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala, badan pegal-pegal, maag, asma, penyakit jantung, dan masih banyak lagi.

Inilah yang menjadi alasan mengapa banyak pakar kesehatan menganjurkan agar setiap orang mampu mengendalikan stres agar tak berkepanjangan.

Lantas, apa pula risikonya bila orang yang lanjut usia mengalamai stres? Sebuah studi terkini dari Amerika Serikat mengungkapkan bahwa orang lanjut usia (lansia) yang stres berisiko tinggi mengalami  masalah terkait daya ingat.

Hasil studi menunjukkan lansia yang stres cenderung dua kali mengalami penurunan daya ingat dibandingkan yang tidak mengalami stres. Studi yang mengamati 507 lansia berusia 71 tahun itu juga menemukan bahwa orang yang pernah mengalami kejadian yang membuat stres cenderung mengembangkan permasahan penurunan pada ingatan.

Para peneliti mengatakan semakin tinggi tingkat stres yang dialami orang-orang tersebut pada saat awal studi, maka semakin tinggi pula risikonya mengalami masalah pada ingatan. Dibanding laki-laki, perempuan ternyata lebih tinggi tingkat stresnya.

Peneliti dari Albert Einstein College of Medicine, New York mengemukakan bahwa tingkat stres rendah pada lansia bisa menunda bahkan mencegah Alzheimer.

Meski demikian peneliti masih belum yakin hubungan antara stres dan penurunan ingatan. Namuan berdasarkan riset sebelumnya pada hewan ketika mengalami stres kronik ternyata memang berpengaruh pada menyusutnya bagian otak yang bertanggungjawab terhadap ingatan yaitu, hippocampus.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh pemimpin penelitian dokter Richard Lipton.

"Sebenarnya stres merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Ada berbagai cara untuk menurunkan stres seperti olahraga maupun bersosialisasi dengan orang lain," jelasnya. (Live Science) 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI