Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang menduduki peringkat tertinggi dialami oleh kaum hawa. Seringkali kanker payudara baru terdeteksi pada stadium lanjut sehingga harapan hidup seseorang semakin rendah.
Dokter spesialis bedah onkologi RS. Dharmais, Walta Gautama mengatakan bahwa seringkali perempuan mengabaikan pentingnya 'Sadari' atau periksa payudara sendiri sehingga meningkatkan risiko ditemukannya kanker payudara sudah dalam stadium lanjut.
"Jadi masyarakat khususnya perempuan harus tahu bahwa kanker payudara sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Tapi kalau sudah ada luka dan tekstur seperti kulit jeruk itu artinya sudah stadium 3 atau lanjut," ujarnya pada pembukaan Seminar Nasional 'Menuju Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut' di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa umumnya di beberapa negara sudah memasukkan 'Sadari' sebagai salah satu program wajib di sekolah.
"Di AS bahkan sudah jadi program sekolah ada pelajaran 'sadari' dan gurunya juga distandarisasi untuk melihat perubahan-perubahan di sekitar payudara," imbuhnya.
Selain 'sadari', Walta mengatakam masyarakat juga bisa melakukan deteksi dini kanker payudara dengan mamografi maupun USG.
"Mamografi sejauh ini merupakan deteksi dini kanker payudara yang paling efektif. Belum ada yang lebih baik dari itu. Bahkan melalui mamografi dari 1400 perempuan yang diperiksa 7 persen diantaranya terdeteksi kanker payudara. Jadi lakukan deteksi dini untuk cegah kanker payudara sebelum terlambat," pungkasnya.