Agar Anak Korban Kekerasan Seksual Tak Menjadi 'Predator'

Jum'at, 23 Oktober 2015 | 18:35 WIB
Agar Anak Korban Kekerasan Seksual Tak Menjadi 'Predator'
Ilustrasi anak korban pelecehan seksual. Boks: Bob Hewitt. [Shutterstock/INLSA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dibandingkan orang dewasa, anak-anak rentan sebagai korban kejahatan seksual. Anak-anak yang sudah terlanjur menjadi korban disebut memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku paedofil. Itu sebabnya banyak anggota masyarakat yang justru menjauhi mereka, karena khawatir dia akan melakukan apa yang telah dia alami.  

Padahal korban kejahatan seksual harus mendapatkan terapi sedini mungkin untuk mencegah potensi menjadi pelaku di masa depan. Mereka harus mendapatkan perlindungan.

"Perilaku pedofil tidak seperti penyakit menular. Jadi tidak perlu ditakuti. Malah harusnya dibawa ke dokter untuk mendapatkan terapi," ujar Dokter spesialis kesehatan jiwa RS Soeharto Heerdjan, Suzy Yusna Dewi pada temu media di Jakarta, Kamis (22/10/2015).

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa terapi bisa mengurangi rasa traumatik hingga menetralisir mood anak.

"Pakai terapi psikoterapi hingga intervensi melalui obat-obatan. Waktunya kita lihat dulu sampai kecenderungannya tidak ada. Nanti setiap dua minggu sekali harus kontrol ke dokter," imbuhnya.

Anak korban kejahatan seksual, lanjut Suzy harus mendapatkan perhatian penuh dari orangtua dan keluarganya. Hal ini berperan untuk menentukan kesembuhan anak dari trauma mendalam yang dialaminya.

"Orangtua harus memberikan kasih sayangnya. Kalau tahu anak mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan ya laporin dan bawa ke dokter kesehatan jiwa. Kebanyakan orangtua malu dan anak tidak diterapi sehingga berpotensi jadi pelaku," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI