Ini Cara agar Korban Kejahatan Seks Kelak Tak Jadi "Predator"

Kamis, 22 Oktober 2015 | 19:49 WIB
Ini Cara agar Korban Kejahatan Seks Kelak Tak Jadi "Predator"
Ilustrasi kejahatan seksual pada anak. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Maraknya kasus kejahatan seksual yang menimpa anak di Indonesia, akhir-akhir ini memunculkan kekhawatiran akan potensi korban menjadi predator di kemudian hari. Soalnya bukan tidak mungkin, rasa sakit yang diterimanya saat kanak-kanak akan membekas dan mengubahnya menjadi seorang predator.

"Anak korban kejahatan seksual bisa mengalami depresi, gangguan cemas dan gangguan psikologis. Dalam jangka panjang berpotensi menjadi pelaku predator seks," kata dokter spesialis kesehatan jiwa RS Soeharto Heerdjan Jakarta, Dr dr Suzy Yusna Dewi SpKJ pada 'Seminar Deteksi Dini dan Penanganan Terkini Kekerasan Seksual pada Anak' di Jakarta, Kamis (22/10/2015).

Lebih lanjut, Suzy menjelaskan bahwa risiko ini bisa dicegah dengan memberikan terapi untuk mengurangi traumatik hingga menetralisir mood anak.

"Pakai terapi psikoterapi hingga intervensi melalui obat-obatan. Waktunya kita lihat dulu sampai kecenderungannya tidak ada. Nanti setiap dua minggu sekali harus kontrol ke dokter," imbuhnya.

Anak korban kejahatan seksual, lanjut Suzy, harus mendapatkan perhatian penuh dari orangtua dan keluarganya. Hal ini berperan untuk menentukan kesembuhan anak dari trauma mendalam yang dialaminya.

"Orangtua harus memberikan kasih sayangnya. Kalau tahu anak mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan ya laporin dan bawa ke dokter kesehatan jiwa. Kebanyakan orangtua malu dan anak tidak diterapi sehingga berpotensi jadi pelaku," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI