Studi: Stres Pekerjaan Bisa Memicu Stroke

Jum'at, 16 Oktober 2015 | 15:16 WIB
Studi: Stres Pekerjaan Bisa Memicu Stroke
Ilustrasi stres. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang yang mengalami stres akut dalam menghadapi pekerjaannya berpotensi 22 persen lebih tinggi mengidap stroke dibandingkan mereka yang kurang atau tidak dirundung stres.

Mereka yang rentan terkena stres akibat pekerjaannya biasanya berprofesi di bidang pelayanan atau jasa seperti pelayan, perawat, supir dan lainnya.

"Kemungkinan besar stres akibat tunturan kerja memicu seseorang berperilaku tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, merokok dan kurang olahraga," kata peneliti senior Dingli Xu dari Southern Medical University di Guangzhou, Cina.

Hasil temuan ini didapat setelah peneliti menganalisis 138.782 responden yang diikuti selama tiga sampai 17 tahun.

Pekerjaan responden diklasifikasikan dalam empat kelompok berdasarkam tingkat kontrol atasan kepada mereka, seberapa keras responden bekerja dan beban psikologis saat menjalani pekerjaan itu.

"Tuntutan pekerjaan termasuk tekanan waktu, beban mental dan beban koordinasi. Kelelahan fisik dan durasi jam kerja tidak dihitung," imbuh peneliti.

Peneliti mengatakan bahwa pekerjaan dengan tingkat stres yang rendah salah satunya adalah arsitek. Profesi ini dianggap memiliki tuntutan kerja yang rendah dan kontrol yang tinggi dari atasan atau klien.

Sementara itu pekerjaan dengan stres yang tinggi, biasanya ditandai dengan tuntutan yang tinggi, tapi kontrol dari atasan sangat rendah, seperti ditemukan dalam industri jasa yakni pelayan, pembantu, dan perawat.

Mereka juga menemukan kelompok pekerjaan lainnya seperti aktif dan pasif. Pekerjaan pasif adalah mereka dengan tuntutan pekerjaan yang rendah dan kontrol yang rendah pula. Contohnya, petugas kebersihan, penambang dan pekerja kasar lainnya. Sedangkan pekerjaan aktif ditandai dengan tuntutan yang tinggi dan kontrol yang tinggi seperti dokter, guru dan insinyur.

Sementara orang-orang dalam pekerjaan pasif dan aktif ini tidak memiliki risiko stroke.

Mereka juga menemukan bahwa perempuan dengan tingkat stres tinggi terhadap pekerjaan lebih rentan terkena stroke daripada lelaki.

Para peneliti menghitung bahwa 4,4 persen dari risiko stroke disebabkan oleh tingkat stres yang tinggi terhadap pekerjaan. Bagi perempuan, jumlah tersebut meningkat menjadi 6,5 persen. (Zeenews)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI