Survei: Masyarakat Gemar Simpan Antibiotik di Rumah

Kamis, 06 Agustus 2015 | 15:05 WIB
Survei: Masyarakat Gemar Simpan Antibiotik di Rumah
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Antibiotik merupakan jenis obat yang penggunaannya tak bisa sembarangan. Bahkan pasien hanya boleh mengonsumsi antibiotik jika diresepkan oleh dokter.

Sayangnya, hasil survei yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan 2013 justru menemukan bahwa 10 persen rumah tangga di Indonesia memiliki persediaan antibiotik di rumah. Bahkan obat amoksilin merupakan antibiotik yang populer dan paling sering dijadikan obat persediaan.

"83 persen masyarakat yang menyimpan antibiotik di rumah membelinya tanpa resep dokter. Bahkan 53 persen diantaranya menyimpan amoksilin," kata Selma Siahaan, peneliti Balitbangkes pada Seminar 'Cegah Resistensi Antibiotik Demi Selamatkan Manusia' di Jakarta, Rabu (5/8/2015).

Lebih lanjut Selma mengatakan bahwa Amoksilin begitu populer di masyarakat, karena seringkali dokter meresepkan jenis antibiotik ini kepada pasien.

Bahkan, ia juga menemukan bahwa masyarakat belum sepenuhnya memahami aturan konsumsi obat antibiotik. Hal ini terlihat dari persentase masyarakat yang menyimpan antibiotik sisa sebanyak 69 persen. Namun yang cukup mencengangkan adalah temuan 26.39 persen masyarakat yang ternyata membeli antibiotik tanpa resep di toko kecil pinggir jalan.

"Kami melihat bahwa kontrol terhadap distribusi obat-obatan masih sangat rendah. Tak sedikit masyarakat yang dengan mudahnya membeli obat antibiotik di warung kelontong tentunya tanpa resep," imbuhnya.

Sebagai peneliti, Selma berharap peraturan dan pengawasan terhadap distribusi antibiotik lebih ditingkatkan, menyusul dengan risiko dari resisntensi antibiotik yang bisa membahayakan nyawa pasien.

"Masyarakat juga harus diberikan pemahaman mengenai resistensi antibiotik yang terjadi akibat penyalahgunaan antibiotik. Begitu pula para dokter, apoteker dan tenaga kesehatan harus diberi pengayaan kurikulum pendidikan agar tidak sembarangan meresepkan obat antibiotik," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI