Studi: Kemoterapi Ternyata Tak Sepenuhnya Aman

Selasa, 14 Juli 2015 | 11:31 WIB
Studi: Kemoterapi Ternyata Tak Sepenuhnya Aman
Ilustrasi sel kanker. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru yang dilakukan peneliti dari Norwegian University of Science and Technology's (NTNU) mengungkap, lapisan perak anti bakteri yang digunakan dalam kateter kemoterapi sebenarnya dapat menghancurkan obat dan dengan demikian dapat mengurangi efektivitas pengobatan.

Pengobatan kemoterapi biasanya dilakukan dengan cara memberikan obat kepada pasien melalui kateter intravena. Pipa ini, serta peralatan yang menyertainya, memiliki lapisan perak antibakteri, yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi yang tidak diinginkan selama pengobatan.

Tapi penelitian ini menemukan, bahwa reaksi obat kemoterapi dengan lapisan perak tersebut, tidak hanya menghancurkan obat-obatan, tetapi juga menciptakan hidrogen fluorida, gas yang dapat berbahaya baik bagi pasien dan peralatan medis.

Para peneliti di Norwegian University of Science and Technology's (NTNU) sedang mempelajari apa yang terjadi jika obat yang berbeda yang bersentuhan dengan lapisan perak ini.

"Obat kemoterapi adalah zat aktif, sehingga tidak sulit untuk membayangkan bahwa obat bisa bereaksi dengan perak," kata Justin Wells, seorang profesor fisika di NTNU.

Wells dan murid-muridnya melihat bahwa ada bahan kimia pada salah satu obat kemoterapi yang paling umum digunakan, 5-fluorouracil (5-Fu), dan interaksi antara keduanya, serta jenis lapisan perak yang ditemukan dalam peralatan medis.

"Reaksi antara obat kemoterapi dan zat lain ini adalah hal yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Tim medis selalu berasumsi bahwa obat masuk ke dalam tubuh secara utuh," kata Wells.

Para peneliti mendapati bahwa Graphene bisa menjadi pengganti yang baik untuk perak karena obat tidak akan bereaksi jika bersentuhan dengan graphene.

Graphene sebenarnya telah diusulkan sebagai pelapis untuk banyak peralatan medis dan sebaiknya graphene dirancang untuk penggunaan alat kemoterapi dengan lapisan yang lebih tipis.

"Kami berharap bahwa penelitian kami dapat memberikan kontribusi untuk membuat pengobatan kanker lebih efektif," kata Wells.
(timesofindia.com)

Pengobatan kemoterapi biasanya dilakukan dengan cara memberikan obat kepada pasien melalui kateter intravena. Pipa ini, serta peralatan yang menyertainya, memiliki lapisan perak antibakteri, yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi yang tidak diinginkan selama pengobatan.

Tapi penelitian ini menemukan, bahwa reaksi obat kemoterapi dengan lapisan perak tersebut, tidak hanya menghancurkan obat-obatan, tetapi juga menciptakan hidrogen fluorida, gas yang dapat berbahaya baik bagi pasien dan peralatan medis.

Para peneliti di Norwegian University of Science and Technology's (NTNU) sedang mempelajari apa yang terjadi jika obat yang berbeda yang bersentuhan dengan lapisan perak ini.

"Obat kemoterapi adalah zat aktif, sehingga tidak sulit untuk membayangkan bahwa obat bisa bereaksi dengan perak," kata Justin Wells, seorang profesor fisika di NTNU.

Wells dan murid-muridnya melihat bahwa ada bahan kimia pada salah satu obat kemoterapi yang paling umum digunakan, 5-fluorouracil (5-Fu), dan interaksi antara keduanya, serta jenis lapisan perak yang ditemukan dalam peralatan medis.

"Reaksi antara obat kemoterapi dan zat lain ini adalah hal yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Tim medis selalu berasumsi bahwa obat masuk ke dalam tubuh secara utuh," kata Wells.

Para peneliti mendapati bahwa Graphene bisa menjadi pengganti yang baik untuk perak karena obat tidak akan bereaksi jika bersentuhan dengan graphene. Graphene sebenarnya telah diusulkan sebagai pelapis untuk banyak peralatan medis dan sebaiknya graphene dirancang untuk penggunaan alat kemoterapi dengan lapisan yang lebih tipis.

"Kami berharap bahwa penelitian kami dapat memberikan kontribusi untuk membuat pengobatan kanker lebih efektif," kata Wells.
(timesofindia.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI