Suara.com - Minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang gejala kanker dan kekhawatiran akan pembiayaan pengobatan yang mahal, membuat mereka enggan melakukan deteksi dini kanker.
Setidaknya alasan itu terungkap saat dilakukannya pemeriksaan IVA (Inspeksi Asam Asetat) gratis yang dilakukan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia ke-107 di Rusunawa Tambora, Jakarta Barat, Minggu (24/5/2015).
Salah seorang warga rusunawa, Yati (35) menyebut bahwa dirinya takut diperiksa karena khawatir apabila positif mengidap kanker maka harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit.
"Saya mah takut neng. Nanti mahal ngobatinnya. Tapi sih kayaknya sehat-sehat aja Alhamdulillah," ujar ibu dua anak ini kepada Suara.com, di sela-sela rangkaian acara yang digelar IDI.
Berbeda dengan Yati, Atun Nafisah (40) mengaku malu organ intimnya dilihat oleh orang lain yakni dokter dan perawat saat pemeriksaan IVA. Inilah yang membuat dirinya enggan untuk melakukan deteksi dini.
"Ingin sih (diperiksa). Tapi malu, belum siap saya," ucapnya.
Dengan adanya sosialisasi ini, sebagian warga mengaku senang mendapatkan informasi baru seputar kanker. Salah satunya Rohayah (28) ibu muda yang baru dikaruniai satu anak ini pun semangat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks melalui tes IVA.
"Saya baru tau gejalanya di sini, karena gratis juga tes-nya jadi ikut aja. Buat jaga-jaga juga biar nggak kena kanker," ungkapnya.
Di Indonesia, diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus kanker di mana, 25 orang meninggal akibat penyakit ini. Padahal jika terdeteksi secara dini, seorang perempuan bisa terhindar dari keganasan kanker dan angka kesembuhannya juga meningkat.
"Kanker itu bisa dicegah keganasannya jika terdeteksi lebih awal. Oleh karena itu kita sosialisasikan ke ratusan ibu-ibu di tempat ini agar jangan malu atau takut memeriksakan dirinya melalui tes IVA. 7 menit saja bisa menyelamatkan nyawa Anda," kata dr Zaenal Abidin, selaku Ketua Pengurus Besar IDI.