Suara.com - Penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) kembali menjadi buah bibir ketika penyakit ini dihubungkan dengan meninggalnya presenter muda Andrie Djarot.
GERD itu sendiri adalah penyakit yang timbul akibat ada reflux (aliran membalik) isi lambung ke esofagus (pipa saluran pencernaan).
DR. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB dari FKUI/RSCM mengatakan, GERD termasuk penyakit kronis yang memang bisa menyebabkan gangguan pada paru-paru seperti yang dialami Andrie Djarot.
"Ada dua gejala utama GERD, yaitu nyeri dada dan bisa merasakan rasa panas di dada seperti terbakar (heart burn). Biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit, karena ada asam yang naik (regurgitasi)," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima suara.com, di Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Ari juga menjelaskan bahwa GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini terjadi karena asam lambung atau isi lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan yang awalnya hanya perlukaan.
Luka yang terjadi tersebut, menurutnya, bisa makin luas dan bisa menyebabkan penyempitan dari kerongkongan bawah. Bahkan GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker.
Di luar saluran cerna, tambah Ari, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi (erosi dental), tenggorokan (faringitis kronis), sinus (sinusitis), pita suara (laringitis), saluran pernapasan bawah (asma) bahkan sampai paru-paru (Fibrosis paru Idiopatik).
Lantas, bagaimana cara mengatasinya bila terkena GERD? Ari menjelaskan prinsip utama mengobati pasien GERD adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi.
Menurutnya, ada dua cara yang perlu dilakukan, yaitu non-obat atau perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan.
Untuk perubahan gaya hidup yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
2. Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan. Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.
3. Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.
4. Hindari minum kopi, alkohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD tersebut.
5. Hindari makanan yang mengandung coklat dan keju.
6. Menghindari stres.
7. Mengontrol berat badan sampai mencapai berat badan ideal
Ari mengatakan bahwa beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pada pasien yang memang sudah mengalami GERD bila mengonsumsi daging yang berlebih dan langsung tidur akan menyebabkan timbulnya panas di dada pada 4 dari 5 kasus GERD.
Sementara penanganan yang dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan, Ari menjelaskan, obat yang diberikan adalah terutama obat-obat yang memproduksi asam lambung atau dikenal sebagai anti sekresi asam lambung.
Obat-obat kelompok ini terdiri dari dua kelompok obat, yaitu penghambat reseptor H2 (antagonist H2 reseptor) antara lain ranitidin, famotidin, nizatidin atau simetidin. Kelompok kedua yang termasuk obat anti asam yang kuat, yaitu penghambat pompa proton seperti omeprazol,lansoprazol, rabeprazol, esomeprazol atau pantoprazol.
"Sementara antasida, obat penetral asam yang banyak dijual bebas, digunakan untuk mengurangi gejala akibat GERD tersebut," terangnya.