Risiko Ini Intai Anda yang Sering Makan di Luar Rumah

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 15 April 2015 | 14:22 WIB
Risiko Ini Intai Anda yang Sering Makan di Luar Rumah
Ilustrasi makan di luar rumah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Anda yang sering makan di luar rumah mulai sekarang sebaiknya mengurangi kebiasaan tersebut.

Pasalnya, sebuah studi terkini menyebutkan bahwa makan di luar rumah terkait dengan peningkatan asupan kalori, asupan lemak jenuh dan garam sehingga memicu tekanan darah tinggi (hipertensi).

Kesimpulan ini didapat setelah tim peneliti dari Duke-NUS Graduate Medical School Singapore (Duke-NUS), mempelajari perilaku yang berhubungan dengan hipertensi pada populasi pemuda di Asia Tenggara. Mereka juga melakukan survei pada 501 orang pemuda berusia 18-40 tahun di Singapura.

Untuk melengkapi studi, mereka memasukkan berbagai data seperti tekanan darah, indeks massa tubuh dan gaya hidup partisipan termasuk kebiasaan makan di luar rumah dan tingkat aktivitas fisik.

Hasil menunjukkan 24,7 persen dari total populasi mengalami prehipertensi, dan 38 persen dari populasi, makan di luar lebih dari 12 kali per minggunya.

Peneliti mengatakan prehipertensi merupakan kondisi saat tekanan darah antara 120/80 mmHg sampai dengan 139/89 mmHg. Dengan kata lain, kondisi merupakan perbatasan yang sewaktu-waktu dapat menjadi hipertensi (140/90 mmHg).

Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, studi menunjukkan, prehipertensi lebih banyak dialami laki-laki dengan persentase 49 persen. Sementara pada perempuan sekitar sembilan persen.

walaupun partisipan hanya makan sekali makan dalam porsi besar, risiko terkena prehipertensinya bisa meningkat enam persen.

Menurut para peneliti, mereka yang mengalami prehipertensi ataupun hipertensi, cenderung makan lebih sering di luar rumah per minggunya. Mereka ini memiliki indeks massa tubuh yang lebih besar, melakukan aktivitas fisik lebih jarang dan perokok.

"Sementara telah beberapa studi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Jepang untuk menemukan hubungan antara perilaku dan hipertensi, sangat sedikit yang dilakukan pada populasi di Asia Tenggara" jelas salah satu peneliti studi, Professor Tazeen Jafar.

Oleh karena itu studi yang dilakukannya itu merupakan jawaban untuk mengimbangi ketimpangan ini sekaligus menyoroti faktor gaya hidup yang berhubungan dengan prahipertensi.

Berdasarkan studi ini, kata Jafar, para dokter dapat menyarankan pemuda memodifikasi gaya hidupnya termasuk soal konsumsi garam dan lemak. Tak hanya itu, mereka juga bisa mengingatkan bahwa para lelaki muda lebih berisiko tinggi mengalami prehipertensi. (eurekalert.org)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI