Kisah Dihan, Bocah Perokok Asal Garut Jadi Sorotan Media Asing

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 14 April 2015 | 06:45 WIB
Kisah Dihan, Bocah Perokok Asal Garut Jadi Sorotan Media Asing
Ilustrasi anak dan rokok (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Masihkan Anda mengingat kisah Muhammad Dihan Awalidan, balita asal Jawa Barat yang membuat publik heboh pada tahun 2012 silam karena kebiasaannya merokok? Kini, Dihan sudah berusia tujuh tahun dan masih juga kecanduan rokok.

Adalah media asal Inggris seperti Mirror, Dailystar, dan Metro yang kembali menyorot Dihan, bocah perokok dari Kampung Cicapar, Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut ini. Lansiran media-media tersebut, Dihan, yang semula bisa menghabiskan tiga bungkus rokok dalam sehari, kini sudah bisa mengurangi menjadi hanya 16 batang saja.

Dihan, bersama tiga rekannya, Nawan (11), Jujun (7), dan Dede (8) biasa menghisap belasan batang rokok tiap hari. Orang tua mengaku tak mampu menghentikan kebiasaan anak-anak mereka.

Dihan biasa membeli rokok kretek dengan uang saku dari orang tuanya. Malahan, kadang ia mengumpulkan uang receh milik orang tuanya secara diam-diam untuk membeli rokok.

Orang tua dan para guru tiada habisnya memperingatkan Dihan agar berhenti merokok. Namun, keinginan Dihan sulit dicegah.

"Dihan sudah merokok sejak umur tiga tahun. Saat itu ia bisa menghabiskan tiga bungkus rokok," kata ayah Dihan, Iyan (36).

"Jika ia tidak diberikan uang rokok, ia akan marah atau mencuri rokok," lanjutnya.

Kini, Dihan bisa mengurangi jumlah rokok yang ia hisap menjadi 16 batang saja dalam sehari. Tetapi, untuk berhenti total, ia masih belum bisa.

Bahkan, meskipun bungkus-bungkus rokok yang dipasarkan saat ini sudah memuat gambar-gambar mengerikan terkait akibat buruk merokok, Dihan mengaku tak takut. Ia mengatakan, gambar-gambar tersebut palsu.

Kini, bibir Dihan sudah menghitam lantaran banyaknya kadar tar yang ia masukkan lewat mulut ke dalam paru-parunya.

"Kalau Dihan tak merokok ia menangis. Sekarang ia merokok diam-diam, tidak terbuka seperti sebelumnya. Ia merokok di sawah dekat rumah," kata ibu Dihan, Tati.

Mirror juga mengutip pernyataan dari ketua Kampanye Bocah Bebas Tembakau Matt Myer. Menurut Matt, Indonesia adalah salah satu negara yang jadi ladang yang subur bagi industri tembakau. Indonesia menjadi pasar tembakau kelima terbesar di dunia di mana sepertiga kaum mudanya sudah mencoba menghisap rokok sebelum genap berusia 10 tahun.

"Pemerintah yang gagal melindungi anak-anak, sebuah industri yang memasarkan produknya seperti enam puluh tahun silam," kata Matt.

"Ada lebih banyak perokok di bawah usia 10 tahun dibanding di negara-negara lainnya," lanjutnya.

"Jika Anda berkendara mengelilingi Indonesia, Anda akan dengan mudah menemui gambar-gambar iklan tembakau. Merokok bukan hanya kebiasaan di sana, melainkan sudah menjadi norma budaya, berkat adanya jenis iklan yang tidak pernah kita saksikan di negara-negara Barat dalam 50 tahun terakhir," ujar Matt. (Mirror)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI