Studi: Kombinasi Stres dan Depresi Picu Kematian Dini

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 15 Maret 2015 | 15:24 WIB
Studi: Kombinasi Stres dan Depresi Picu Kematian Dini
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai negara menyebutkan bahwa stres dan depresi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Dan kini, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa kedua hal tersebut juga berpengaruh buruk pada orang yang memiliki masalah jantung.

Orang yang memiliki tingkat stres dan depresi yang tinggi, kata peneliti, 48 persen lebih mungkin meninggal dunia, karena serangan jantung ketimbang mereka yang tingkat stres dan depresinya rendah.

"Bagi orang yang baru saja mengalami masalah jantung, kombinasi stres dan depresi berat menciptakan 'badai psikososial yang sempurna'," jelas para peneliti dalam studi itu.

Meningkatnya risiko kematian yang disertai tingkat stres dan depresi berat, kata ketua studi Carmela Alcantara yang juga asisten peneliti pada Pusat Kesehatan Universita Columbia, New York City, kaitannya kuat dan konsisten dengan perilaku-perilaku demografis, sejarah medis, penggunaan obat-obatan dan risiko kesehatan.

Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti melibatkan 5.000 orang berusia 45 tahun berpenyakit jantung koroner dari 2003 hingga 2007. Mereka meminta para partisipan menceritakan gejala depresi dan stresnya melalui kuesioner.  

Hasil penelitian menunjukkan sekitar enam persen atau 247 orang mengalami stres dan depresi tinggi. Setelah enam tahun masa studi, sekitar 1.337 orang meninggal dunia karena serangan jantung.

Dalam studi tersebut peneliti menemukan orang yang sering stres dan depresi, risikonya terkena serangan jantung meningkat dalam kurun waktu dua setengah tahun. Namun setelah itu, peningkatan risiko justru tak ada.

Temuan lain yang juga didapat para peneliti dalam studi tersebut adalah meningkatnya risiko terkena serangan jantung hanya terjadi pada orang yang mengalami kombinasi stres dan depresi, jadi bukan salah satunya.

Untuk mencegah hal ini, Alcantara mengatakan bahwa intervensi prilaku dapat membantu penderita penyakit jantung dalam mengelola stres dan depresi yang dialaminya. (LiveScience)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI