Bayi Lahir Kuning? Waspadai Gejala Atresia Bilier

Rabu, 11 Februari 2015 | 19:37 WIB
Bayi Lahir Kuning? Waspadai Gejala Atresia Bilier
Ilustrasi kelahiran seorang bayi. [Shutterstock/Gosphotodesign]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Atresia bilier memang masih asing di telinga kita. Namun, semenjak kasus bayi Ryuji yang mengundang simpati, pemahaman tentang gejala penyakit ini perlu diketahui.

Salah satu gejala kelainan hati ini adalah bayi lahir berwarna kuning yang tak juga hilang hingga dua minggu kemudian. Seringkali para orangtua menyarankan jika bayi berwarna kekuningan maka harus dijemur agar terkena matahari pagi yang dipercaya bisa mengobati kelainan tersebut.

Menurut konsultan Gastro Hepatologi Anak FKUI-RSCM, Dr. dr. Hanifah Oswari, atresia bilier terjadi karena adanya penyumbatan pada saluran yang membawa cairan empedu dari hati ke kandung empedu.

Saluran empedu seyogyanya membantu mengeluarkan zat sisa dari hati dan membawa garam yang membantu usus kecil mencerna lemak. Pada bayi dengan atresia bilier, empedu yang mengalir dari hati ke kandung empedu terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan hati yang berbahaya jika tidak diobati.

"Jika sampai dua minggu warna bayi masih kekuning-kuningan maka patut dicurigai terdapat kelainan pada hati. Segera bawa ke dokter sebelum terlambat ditangani," ujar dokter Hanif kepada suara.com, Rabu (11/2/2015).

Selain berwarna kuning, bayi yang mengalami atresia bilier juga memiliki berat badan yang kurang, perut membesar, serta feses yang berwarna putih seperti kapur.

“Penyebab pasti artresia bilier memang belum diketahui. Memang ada banyak teori, seperti karena virus, imunitas, dan lain-lain," imbuhnya.

Penyakit ini, menurutnya, terjadi pada 1 dari 10 ribu anak dengan penyebab pasti yang belum diketahui. Untuk pengobatannya, transplantasi hati adalah pengobatan terefektif demi tingkat kelangsungan hidup setelah operasi. Namun langkah ini diambil jika semua prosedur awal tak bisa menyelamatkannya. 

"Kalau lebih awal ditangani tidak perlu sampai transplantasi hati. Ini merupakan langkah akhir jika ditemukan dalam kondisi terlambat," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI