Tenda Ini Mampu Redakan Penyakit dan Depresi

Selasa, 03 Februari 2015 | 15:41 WIB
Tenda Ini Mampu Redakan Penyakit dan Depresi
Ilustrasi tenda. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah tenda berteknologi tinggi yang mampu memberikan level panas tertentu sedang diujikan sebagai pengobatan baru untuk meredakan sakit dan depresi.

Tenda ini meningkatkan suhu tubuh seperti demam selama dua jam. Diperkirakan kondisi panas seperti demam ini bisa mencegah pesan rusak yang dikirim ke otak.

Pengobatan yang dikenal sebagai hipertermia ini sebenarnya sudah digunakan dalam pengobatan utama untuk kanker tertentu, misalnya kanker kandung kemih. Studi menunjukkan bahwa hipertermia ini menyebabkan sel-sel kekebalan tubuh menjadi lebih aktif dan meningkatkan kadar senyawa sel pembunuh dalam darah.

Menurut penelitian terbaru, hipertermia sedang diuji dalam beberapa percobaan untuk menelisik peranannya sebagai terapi kanker ovarium dan depresi. Penelitian awal menunjukkan bahwa teknologi tenda hangat ini bisa mengurangi gejala depresi sebanyak sepertiga.

Para peneliti di University of Arizona melakukan dua percobaan terpisah yang melibatkan 30 pasien dengan depresi berat dan 20 pasien dengan fibromyalgia. Kondisi fibromyalgia ditandai dengan nyeri yang meluas, kelelahan, kekakuan otot hingga insomnia. Diduga hal ini disebabkan karena level abnormal dari bahan kimia tertentu pada otak.

Saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini, tapi ada obat antidepresan untuk mengurangi gejalanya. Terapi tenda hangat ini melibatkan pasien berbaring di tempat tidur dengan struktur tenda menutupi bagian dada hingga jari kaki. Terapi ini menyediakan lampu dengan pancaran panas dengan suhu 38,5 derajat celcius seperti demam selama dua jam.

"Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa hipertermia dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu untuk mengembalikan pola tidur yang merupakan gejala umum dari fibromyalgia, jadi kami berharap yang terbaik untuk hasil studi baru ini," kata Jane Tadman dari Arthritis Research UK. (Daily Mail)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI