Teknik Cangkok Kornea Teranyar Ada di Indonesia

Kamis, 08 Januari 2015 | 18:00 WIB
Teknik Cangkok Kornea Teranyar Ada di Indonesia
Konferensi Pers bertajuk Pre Meeting Cornea Workshop di Jakarta Eye Centre, Kamis (8/1/2015). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seiring dengan bertambahnya usia maka mata akan mengalami gangguan penglihatan yang salah satunya diakibatkan karena kerusakan kornea.

Ketika penglihatan sudah terganggu, maka salah satu cara yang efektif untuk mengembalikan kesehatan mata adalah dengan melakukan transplantasi atau cangkok kornea.

Hal ini disampaikan dr Setiyo Budi Riyanto, SpM, Ketua Indonesian Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS) pada Pre Meeting Cornea Workshop di Jakarta Eye Centre, Kamis (8/1/2015).

Menurut dia, teknik pencangkokan kornea yang umum digunakan di Indonesia adalah teknik konvensional yakni Penetrating Keratoplasty (PK), di mana seluruh lapisan kornea pasien harus diganti dengan kornea yang didapatkan dari para donor mata.

"Pada teknik ini, risiko penolakan mata pasien terhadap kornea baru cenderung lebih tinggi dan proses penyembuhannya bisa memakan waktu yang lebih lama," ungkap Setiyo.

Namun, kini ada teknik pencangkokan kornea yang lebih canggih dan membutuhkan proses penyembuhan yang relatif lebih cepat. Teknik ini bernama Lamellar Kerostaplasy.

Ada Sejak 2009
Di Indonesia teknik pencangkokan dengan alat-alat yang canggih ini sebenarnya sudah diperkenalkan di Indonesia sejak 2009 di Jakarta Eye Center.

Ditemui pada kesempatan yang sama, DR Dr Tjahjono D. Gondhowiardjo, Ketua Kolegium Opthalmologi Indonesia (KOI) mengatakan bahwa teknik Lameller Kerotaplasty terbukti mampu mengoptimalkan tindakan transplantasi kornea.

"Pada teknik ini, kornea yang diganti hanyalah bagian yang rusak saja, sedangkan jaringan kornea yang masih sehat tetap dipertahankan. Sehingga proses adaptasi mata pasien terhadap kornea baru menjadi mudah dan risiko penolakan bisa diminimalisir," ujarnya.

Sependapat dengan Tjahjo, ahli transplantasi kornea dari Amerika Serikat, Dr Anthony J. Aldeve, MD, mengatakan bahwa teknik ini mendatangkan penyembuhan yang lebih cepat ketimbang metode cangkok konvensional.

"Jika metode konvensional membutuhkan masa penyembuhan lebih lama yakni sampai satu tahun, teknik teranyar ini hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk sembuh seperti sedia kala," kata Aldeve.

Selama ini, masyarakat Indonesia masih belum mengetahui bahwa teknik teranyar dalam transplantasi kornea bisa dilakukan di Indonesia. Inilah yang menyebabkan banyak pasien yang lari ke rumah sakit di negara tetangga untuk mengembalikan kesehatan indra penglihatannya.

Padahal proses transplantasi yang dilakukan di Indonesia ini, menurut Tjahjo membutuhkan biaya yang lebih murah ketimbang di luar negeri.

"Kalau di luar bisa 200 jutaan, sedangkan di Indonesia biaya untuk satu mata yang didapatkan dari donor luar negeri 17 juta, ditambah biaya operasi 17-20 juta. Jadi ya cuman 35-40 jutaan," jelasnya.

Sayangnya jumlah dokter mata yang menguasai teknik ini di Indonesia masih minim. Selain itu teknologi canggih yang diperlukan untuk melakukan cangkok transplantasi Lamellar Kerastoplasty di Indonesia, baru dimiliki Jakarta Eye Center.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI