Beras Ternyata Bisa Mengobati Kolera

Senin, 08 Desember 2014 | 17:00 WIB
Beras Ternyata Bisa Mengobati Kolera
Ilustrasi beras. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernah mendengar tentang kolera? Ya, kolera adalah infeksi usus yang gejalanya sangat mirip diare. Meski demikian, kolera lebih berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam hitungan jam saja.

Faktanya, kolera merupakan penyakit infeksi usus yang bersifat akut sehingga dapat memburuk dengan cepat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang berkembang biak dan menyebar melalui kotoran manusia.

Bakteri tersebut dapat menyebar dan menyebabkan wabah dengan sangat cepat bila mengontaminasi air dan makanan

Pengobatan utama kolera biasanya melibatkan terapis rehidrasi oral, di mana air minum pasien dicampuri dengan garam dan gula yang dapat meningkatkan toksisitas bakteri kolera.

Dalam suatu penelitian para ilmuwan telah mendapati bahwa mengganti gula dengan tepung beras dapat mengurangi toksisitas bakteri hampir 75 persen.

Menurut Melanie Blokesch dari Swiss Federal Institute of Technology (EPFL) di Lausanne, masalah kolera dimana saat bakteri juga menginfeksi ketika seseorang mengonsumsi glukosa untuk mengobati dan justru meningkatkan ekspresi gen yang membuatnya beracun.

Blokesch dan Andrea Rinaldo di EPFL menemukan data yang saling berkolerasi dari wabah kolera di Haiti baru-baru ini, yang menyatakan dengan terapi rehidrasi oral maka penyembuhan lebih efektif.

Blokesch menguji pertumbuhan bakteri kolera dengan menggunakan gula dan tepung kanji dan dibandingkan dengan yang menggunakan kentang dan beras untuk melihat bagaimana masing-masing zat akan mempengaruhi gen toksin kolera.

Para ilmuwan menemukan bahwa kedua aktivitas gen, serta produksi toksin kolera meningkat ketika bakteri diberi glukosa tetapi mereka mengalami penurunan ketika diberi makan dengan tepung kanji dan beras.

"Meskipun penjelasan ini rumit, salah satu alasannya adalah jenis gula yang diberikan untuk bakteri mempengaruhi mekanisme yang mengatur aktivitas gen penghasil racun. Pada akhirnya, efek ini mempengaruhi kemampuan bakteri untuk menginfeksi manusia," kata Blokesch

Meski demikian ia menambahkan bahwa pihaknya tak menyerukan untuk segera berhenti melakukan terapi oral dengan konsumsi gula, karena hasil terapi juga bekerja dengan baik. Namun sebaiknya secara bertahap, lanjut Blokesch, menggantinya dengan tepung beras. (Zeenews)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI