Suara.com - Untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan antibiotik yang tepat, Yayasan Orangtua Peduli (YOP) dan ReAct (Action on Antibiotic Resistance) mengadakan kampanye "Jalan Sehat Bijak Antibiotik" di Car Free Day Sudirman, Jakarta, Minggu, (7/12/2014).
Kampanye kedua kalinya ini digelar sebagai bentuk kepedulian YOP dan ReAct untuk menginformasikan kepada masyarakat bagaimana seharusnya penggunaan antibiotik yang bijak dan resistensi abiotik.
Pasalnya, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa 81,6 persen rumah tangga di Indonesia menyimpan antibiotik tanpa resep dokter. Padahal seharusnya antibiotik digunakan hati-hati, bahkan tidak digunakan tanpa indikasi yang tepat dan harus disertai resep dokter.
Hal itu disampaikan dokter Purnamawati S Pujiarto SpAK saat kampanye 'Jalan Sehat Bijak Antibiotik' selaku penasehat Yayasan Orangtua Peduli.
Menurutnya tidak semua anak-anak yang sakit membutuhkan antibiotik untuk penyembuhannya. Sebab 80 persen penyakit yang biasa diidap anak-anak berasal dari virus sehingga tak membutuhkan antibiotik.
"Studi yang kami lakukan dalam YOP menunjukkan bahwa anak-anak yang sakit karena terinfeksi virus seperti demam, pilek, diare itu diberi antibiotik. Padahal tak perlu obat-obatan untuk memerangi virus ini. Pemberian antibiotik yang tak semestinya justru bisa membahayakan kesehatan anak-anak," ujarnya kepada Suara.com.
Dokter yang juga penasehat YOP ini menyayangkan, banyaknya orangtua yang meminta antibiotik ketika anaknya sakit ringan. Bahkan orangtua kerap menyimpan cadangan antibiotik agar selalu tersedia sewaktu-waktu dibutuhkan.
Padahal pemberian antibiotik yang tak bijak bisa membuat bakteri kebal terhadap antibiotik.
"Semakin sering memberikan antibiotik kepada anak yang sakit, justru sakitnya akan cepat kambuh. Bakteri kalau diberi antibiotik berlebihan akan bermutasi, dan oleh sebab itu Ia bisa kebal terhadap antibiotik," lanjutnya.
"Jika diberi obat, orangtua (pasien) disarankan bertanya kepada dokter apakah benar-benar butuh obat, berapa jumlah obatnya, apa kandungan aktifnya, bagaimana cara kerjanya, apa risiko efek sampingnya, kontraindikasi, dan bagaimana cara pakainya,” katanya.