Pencegahan Osteoporosis Diminta Masuk dalam Kurikulum Pendidikan

Minggu, 07 Desember 2014 | 14:46 WIB
Pencegahan Osteoporosis Diminta Masuk dalam Kurikulum Pendidikan
Osteoporosis
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebiasaan anak zaman sekarang yang akrab dengan penggunaan gadget, bahkan betah berjam-jam di depan layar komputer tak hanya dapat membahayakan kesehatan mata, tapi juga tulang. Aktivitas yang kerap dilakukan anak-anak ini bisa meningkatkan risiko osteoporosis saat mereka dewasa.

Hal itu disampaikan Anita Hutagalung, Ketua Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) pada Puncak Peringatan Hari Osteoporosis Nasional di kawasan Monas Jakarta Pusat, Minggu, (7/12/2014).

Osteoporosis atau pengeroposan tulang kerap tidak memberikan gejala. Namun bagi yang sudah terkena penyakit ini, bisa mengalami patah tulang secara tiba-tiba atau mengalami pemendekan tubuh. Karena itu, Anita berpesan agar pencegahan dilakukan sejak usia anak-anak, bahkan saat ibu mengandung.

"Pencegahan harus dilakukan sejak anak-anak, atau mulai dari ibu hamil. Saat mengandung ibu harus memperhatikan asupan kalsium yang tinggi, sehingga anak saat lahir sudah mendapatkan kalsium yang bagus," katanya.

Anita menyayangkan sikap para orang tua yang melarang anaknya untuk bergerak lincah bersama teman-temannya. Padahal anak usia balita kepadatan tulangnya harus dilatih dengan banyak bergerak untuk mencegah osteoporosis sejak dini.

"Jangan larang anak untuk lari-lari bermain dengan alasan takut jatuh. Bergerak itu lebih bagus dibanding pola aktivitas yang lebih banyak di depan komputer atau main game seharian," ungkapnya lagi.

Untuk mengedukasi pencegahan osteoporosis pada usia sekolah, Perwatusi sedang mengupayakan agar program edukasi osteoporosis agar bisa masuk ke dalam kurikulum pendidikan melalui Kemendikbud. Anak-anak nantinya diharapkan rutin melakukan senam SKJ yang kini mulai ditiadakan.

"Kita akan upayakan audensi dengan Kemendikbud agar SKJ dan pencegahan osteoporosis bisa dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI