Konsumsi Protein Berlebihan Bisa Picu Skizofrenia

Rabu, 26 November 2014 | 10:27 WIB
Konsumsi Protein Berlebihan Bisa Picu Skizofrenia
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Skizofrenia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah.

Keadaan ini pada umumnya diwujudkan dalam bentuk halusinasi, paranoid, dan pikiran yang tidak sesuai dengan dunia nyata.

Para peneliti baru-baru ini telah mengidentifikasi sebuah gen yang berhubungan dengan skizofrenia, sehingga membantu menjelaskan proses biologis dari penyakit tersebut.

Sekitar satu persen dari populasi yang menderita Skizofrenia, selalu mengalami peningkatan level walaupun pada penderita tahap awal. Sementara para ilmuwan belum dapat menentukan penyebab pasti Skizofrenia meski telah menemukan beberapa gen yang terbukti memicu peningkatan risiko terkena Skizofrenia.

Penelitian yang diterbitkan oleh Biological Psychiatry ini menemukan, terlalu banyak mengonsumsi protein yang diindentifikasikan oleh gen NOS1AP, berkaitan dengan salah satu masalah Skizofrenia, seperti kelainan pada struktur otak, dan menggangu hubungan antara sel-sel saraf. Hal ini dapat menghambat aliran pada setiap saraf, sehingga tidak berfungsi dengan baik.

Pada penelitian ini dilakukan percobaan terhadap tikus oleh tim dari Rutgers University. Peneliti menemukan bahwa terlalu banyak protein dapat menghambat sel dendrit, yang sangat berperan dalam komunikasi antar sel.

Bonnie Firestein, peneliti dan profesor di Departemen Sel Biologi dan Neuroscience mengatakan protein dalam sel-sel otak mencegah dendrit berfungsi maksimal, sehingga mengganggu area otak yang bertanggung jawab untuk tingkat keterampilan pada manusia, seperti penalaran spasial, pikiran sadar, perintah motorik, dan persepsi sensorik.

"Ketika otak berkembang, ia menetapkan sistem konektivitas untuk memastikan komunikasi dapat berjalan baik", katanya.

Skizofrenia mempengaruhi perkembangan otak, yang biasa muncul saat usia dewasa. Firestein percaya penelitian ini dapat membantu menghasilkan terapi obat baru yang dapat mencegah gejala skizofrenia pada remaja. (Foxnews)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI