Cara Jamu Tradisional Menjadi Populer

Selasa, 25 November 2014 | 00:18 WIB
Cara Jamu Tradisional Menjadi Populer
Profesor Lestari Handayani [Suara.com/Firsta]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jamu tradisional nampaknya masih belum sepopuler obat modern. Sebagian besar orang pun lebih memilih mengonsumsi vitamin yang diproduksi perusahaan tertentu agar sehat dan bugar.

Sebagai Profesor Riset Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan yang baru saja dikukuhkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini, Lestari Handayani menilai pentingnya jamu tradisional dikemas semenarik mungkin agar meningkatkan nilai jual di masyarakat luas.

"Saya rasa cara pemasarannya juga harus lebih modern, dikemas semenarik mungkin dan praktis dibawa kemana-mana agar jangan kesannya hanya untuk orang tua saja. Misalnya dengan membuat kafe jamu," ujar Lestari usai pengukuhan menjadi Profesor Riset di Ruang J. Leimena Lantai 2 Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Senin, 24/11/2014.

Lestari mengaku bahwa banyak sekali masyarakat umumnya tinggal di perkotaan yang masih menganggap jamu sebagai minuman "kampung". Padahal, kata Lestari, khasiatnya sudah diteliti secara klinis dan terbukti baik untuk kesehatan.

"Budaya minum jamu itu milik kita, jangan sampai hilang karena modernisasi. Karena jamu terbukti bermanfaat untuk menjaga kesehatan," imbuh wanita kelahiran Surabaya ini.

Hal yang sama diungkapkan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek pada sambutannya yang menyatakan kebanggaannya terhadap berbagai tanaman tradisional asli Indonesia yang memiliki khasiat kesehatan.

"Tidak mungkin Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan seusatu tidak ada manfaatnya. Begitu juga dengan tanaman tradisional yang dimiliki Indonesia. Marilah minum jamu agar badan sehat dan bugar," kata Nila.

Sebagai bentuk nyata dukungannya terhadap jamu tradisional ini, Nila menganjurkan para pegawainya mengganti minuman teh atau kopi yang biasa terhidang di meja kerjanya dengan jamu tradisional.

"Saya menganjurkan jajaran Kemenkes untuk minum jamu. Saya dan jajaran eselon 1 sudah rutin minum jamu yang biasanya teh atau kopi," kata Nila.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI