Keterbatasan biaya mengurungkan niat Sammy untuk pergi berobat ke rumah sakit. Sudah dua minggu lamanya Sammy tidak masuk kerja, sampai-sampai dari pihak kantor menghubungi Sammy agar dia berobat dan semua biaya ditanggung perusahaan.
Tulang Belakang Retak
Sammy pun mengiyakan tawaran dari perusahaannya. Akhirnya Sammy dibawa ke Rumah Sakit Royal Taruma. Karena berat badannya di atas normal, perlu sekitar delapan orang untuk mengangkatnya ke ambulance.
Sesampainya di Rumah Sakit, Sammy diminta melakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI), namun berat badan dan lingkar badan menjadi kendala di permiksaannya. Lingkar badan Sammy terlalu besar untuk masuk ke mesin MRI.
Akhirnya, dokter pun memutuskan untuk scan. Hasil scan pun sangat mengejutkan, ternyata selama ini tulang belakang sebelah kiri mengalami keretakan. Selain itu saraf tulang belakang Sammy pun mengalami penyempitan atau terjepit. Dokter khawatir Sammy terkena kanker.
Sammy akhirnya dapat menurunkan berat badannya sekitar 20 kilogram. Namun itu tidak cukup, beberapa bulan terakhir Sammy sukses melakukan MRI di Rumah Sakit Siloam walaupun tubuhnya harus dipaksakan masuk kedalam mesin MRI.
Hal itu berbuah manis, hasil MRI menyatakan di tubuh Sammy tidak ada sel kanker seperti yang di khawatirkan sebelumnya, namun sayangnya ada pembengkakan.
Dokter pun menyarankan agar Sammy menurunkan berat badan sampai mencapai berat badan ideal. Padahal berat badan Sammy mencapai 100 kilogram, sementara untuk mencapai berat badan ideal, dia harus menurunkan sekitar 25 kilogram.
Apabila berat badan Sammy sudah mencapai ideal, kemampuan berdiri Sammy otomatis akan pulih menjadi 50 persen, selain itu Sammy bisa menjalani operasi untuk kesembuhnnya. Beberapa temannya menyarankan agar dirinya dioperasi di Rumah Sakit UKI Jakarta, bukan tanpa alasan, karena di rumah sakit tersebut dokternya lulusan Jerman.