Vaksin Ebola Buatan Kanada Kembali Diuji

Kamis, 23 Oktober 2014 | 11:23 WIB
Vaksin Ebola Buatan Kanada Kembali Diuji
Ilustrasi virus ebola.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Vaksin uji coba ebola buatan Kanada kembali diujikan pada manusia di Amerika Serikat pada Rabu (22/10/2014) waktu setempat atau Kamis (23/10/2014) waktu Indonesia, tepatnya di US National Institute of Health (NIH).

Vaksin yang dikenal sebagai VSV-EBOV ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Badan Kesehatan Masyarakat Kanada dengan lisensi dari perusahaan "Newlink Genetics"

Penelitian terbaru, vaksin ebola ini akan diujikan pada 39 orang relawan dengan dosis dua kali lipat atau yang dikenal dengan strategi prime-boost. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem imun tubuh manusia merespon vaksin tersebut.

Walter Reed Army Institute of Research telah melakukan uji klinis vaksin VSV-ZEBOV pada manusia di Maryland dengan dosis tunggal pada awal Oktober lalu. Seperti diketahui bahwa VSV-ZEBOV merupakan vaksin uji coba yang telah diujikan pada monyet dan hasilnya 100 persen terbukti efektif mencegah penularan virus Ebola.

Sedangkan vaksin lainnya dibuat oleh perusahaan Inggris GlaxoSmithKline (GSK) dan US National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). Kedua perusahaan ini telah lebih dulu melakukan uji klinis terhadap manusia pada September lalu. Hasil awal dari percobaan ini diprediksi bisa diketahui pada akhir 2014 mendatang.

Kepala NIAID Anthony Fauci menilai bahwa kebutuhan akan vaksin yang dapat mencegah penularan virus ebola sudah sangat mendesak. Ia berharap uji klinis yang telah dilakukan timnya bisa memberikan hasil yang positif.

"Mudah-mudahan dengan uji klinis vaksin yang telah dilakukan kepada manusia sukses dan bisa segera diaplikasikan dalam jumlah banyak untuk disebar ke daerah yang rawan infeksi ebola," kata Anthony.

Virus yang kali pertama ditemukan pada 1976 silam hingga kini belum menemukan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Wabah ini sangat cepat menyebar di Afrika Barat dan telah menewaskan lebih dari 4800 jiwa sejak awal 2014. Hal ini kemudian menuntut para peneliti dunia untuk menemukan vaksin yang bisa menghentikan penyebarannya. (AFP/Zeenews India/Firsta Putri)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI