Suara.com - Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyatakan air sumur dangkal di Jakarta sebagian besarĀ terkontaminasi bakteri "escherichia coli" atau e-coli (bakteri penyebab diare) yang diduga akibat rembesan air dari bak penampungan kotoran manusia (septic tank).
"E-coli ini diakibatkan oleh rembesan air dari septic tank yang masuk ke sumur-sumur warga," kata Kepala Bidang Pelestarian dan Tata Lingkungan BPLHD DKI Jakarta, Rusman Sagala, Kamis (9/10/2014).
Rusman menjelaskan pada 2013, telah dilakukan uji sampel di 100 titik di sejumlah lokasi, seperti di Jakarta Pusat (17), Jakarta Selatan (24), Jakarta Barat (20), Jakarta Timur (25) dan 14 titik di Jakarta Utara.
Di Jakarta Pusat didapati rata-rata jumlah bakteri e-coli sudah berada di atas ambang batas, kecuali di kawasan Gelora Senayan yang berada di bawah baku mutu sebagaimana disyaratkan Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 yaitu 50/100 ml.
Hal yang sama juga terjadi di lokasi pemantauan sumur Jakarta Utara, hanya satu titik yakni Kelapa Gading Timur yang berada di bawah baku mutu, selebihnya di atas ambang batas.
Sementara di Jakarta Selatan, titik-titik sampel yang masih memenuhi baku mutu adalah Ciganjur, Tanjung Barat, Pondok Labu, Pondok Pinang, Pancoran Barat, Pejaten Barat, Srengseng Sawah, Gandaria Selatan, Ragunan, Grogol Selatan, Pejaten Timur, Jatipadang, Tebet Timur, Karet Kuningan dan Guntur.
Selanjutnya, di Jakarta Barat sampel air tanah yang masih memenuhi baku mutu adalah Sukabumi Utara, Sukabumi Selatan, Tegal Alur, Kembangan Selatan, Duri Kepa, Sukabumi Selatan (Kebon Jeruk), Meruya Selatan dan Kemanggisan.
Sedangkan di lokasi pemantauan Jakarta Timur, titik sampel pemantauan yang memenuhi baku mutu adalah Rawa Terate, Penggilingan, Ciracas dan Cililitan.
Rusman mengatakan salah satu solusi yang dapat meminimalisasi rembesan air dari bak penampungan kotoran tersebut adalah membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di pemukiman-pemukiman padat penduduk. (Antara)