Suara.com - Faktor utama penyebab tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) di Indonesia tidak hanya seperti perdarahan, infeksi, atau pre-eklamasi, tetapi faktor lain atau tidak langsung berkontribusi besar dalam meningkatkan risiko kematian ibu.
Demikian yang dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal PP IBI, Tuminah Wiratnoko, di Jakarta, Kamis (10/9/2014).
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) memperkirakan ada lima juta ibu hamil (bumil) dalam setahun di Indonesia, dengan 15.000-17.000 ibu yang melahirkan dan meninggal dunia dalam setahun. Sehingga ada dua ibu melahirkan yang meninggal dalam setiap jam.
"Sebanyak 15.000-17.000 ibu hamil yang melahirkan itu umumnya meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan faktor lain," jelas Tuminah.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 disebutkan Angka Kematian Ibu Indonesia masih berada pada posisi 228/100.000 kelahiran hidup.
Masih tingginya AKI di Indonesia, lanjut Tuminah, dikarenakan perempuan masih belum memiliki otonomi yang memadai terhadap dirinya, terutama dalam kesehatan reproduksinya. Fakta menunjukkan ada keterbatasan perempuan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
"Faktor pendukung seperti kemiskinan, kondisi struktur geografis, penyebaran penduduk yang tidak merata, sosial ekonomi yang rendah, serta praktik budaya yang menghambat dan ketidaksetaraan gender," ungkapnya.
Kemiskinan, menurut Tuminah, menyebabkan ibu hamil tidak mendapatkan asupan gizi yang layak menunjang kehamilannya, kemudian kawin muda, aborsi, diskriminasi serta beban ganda yang dipikul turut berpengaruh pada kesehatan ibu.
Oleh karena itu, tambah dia, perlu adanya terobosan guna percepatan penurunan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia.
"Tentunya AKI berdampak negatif bagi kesejahteraan keluarga dan masyarakat di kemudian hari," tutupnya.