Ini Kata Penemu Ebola Tentang Penanganan Wabah Ebola di Afrika

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 09 Oktober 2014 | 16:48 WIB
Ini Kata Penemu Ebola Tentang Penanganan Wabah Ebola di Afrika
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada tahun 1976, Profesor Peter Piot, yang kini menjabat sebagai direktur London School of Hygiene & Tropical Medicine, menjadi salah satu anggota tim yang mengungkap betapa berbahayanya virus Ebola.

Ia juga berhasil menggambarkan bagaimana virus ini terlihat di bawah elektron miskropkop. Bagaimana ia melihat penanganan wabah mematikan ini, dan mengapa wabah kali ini begitu buruk. Ia melihat belum ada kemajuan berarti dalam mengatasi penyakit mematikan ini.

"Dan aku masih bisa melihat pasien Ebola di Yambuku meninggal di gubuk mereka dan kami tidak bisa melakukan apa-apa kecuali membiarkan mereka mati. Pada prinsipnya, itu masih sama. Itu sangat menyedihkan. Tapi itu juga memotivasi saya untuk melakukan sesuatu. Saya mencintai kehidupan. Itulah mengapa saya melakukan segala sesuatu yang bisa saya lakukan untuk akhirnya mengirimkan bantuan memadai untuk Afrika Barat. Sekarang!" ujarnya dalam wawancara dengan harian Der Spiegel.  Berikut wawancara, selengkapnya:

Mengapa WHO begitu lambat bereaksi?
Di satu sisi, itu karena kantor regional WHO  di Afrika tidak dikelola oleh orang yang kapable, tetapi lebih karena penunjukkan politik. Di sisi lain, kantor pusat di Jenewa harus menghadapi pemotongan anggaran yang disetujui negara-negara anggota. Divisi yang menangani demam berdarah yang bertanggung jawab atas penanganan epidemi ini sangat terpukul. Tapi sejak Agustus lalu, kondisi berubah.

Ada prosedur yang ditetapkan untuk membatasi wabah Ebola, mengisolasi mereka yang terinfeksi dan memantau mereka yang berhubungan dengan para pasien ini. Bagaimana kemudian bencana seperti ini terjadi?
Saya pikir ini adalah yang disebut orang sebagai badai yang sempurna, ketika keadaan individu sedikit buruk dan mereka bergabung untuk menciptakan bencana. Beberapa negara yang dilanda wabah ini baru saja beranjak dari perang saudara yang mengerikan. Banyak dokter mereka meninggalkan tanah airnya dan sistem kesehatan mereka sudah runtuh. Di  Liberia, misalnya, hanya ada 51 dokter pada tahun 2010, dan banyak dari dokter ini meninggal karena Ebola.

Faktanya, wabah ini muncul di daerah padat penduduk di perbatasan Guinea, Sierra Leone dan Liberia?
Itu juga berkontribusi pada bencana ini. Karena orang di kawasan itu sangat mobile, sehingga lebih sulit mendeteksi mereka yang pernah berhubungan dengan penderita Ebola. lantas mereka yang meninggal dimakamkan di desa kelahiran mereka yang banyak terserang wabah ini. Hasilnya wabah ini terus menyebar.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, virus ini menyebar ke kota besar, seperti Monrovia dan Freetown. Apakah hal terburuk yang bisa terjadi?
Di kota besar yang kumuh dan padat, tidak mungkin tidak menemukan mereka yang pernah berhubungan dengan pasien, tidak peduli seberapa besar usaha. Itu sebabnya saya juga khawatir tentang Nigeria. Negara ini memiliki sejumlah kota seperti Lagos dan Port Harcourt, dan jika virus Ebola menyebar di sana, ini akan jadi tahun bencana yang tak terbayangkan.

Apakah kita benar-benar kehilangan kendali pada epidemi ini?
Saya selalu optimis dan saya pikir sekarang tak ada pilihan selain untuk mencoba yang kita bisa. Sungguh bagus, Amerika Serikat dan beberapa negara maju akhirnya mau membantu. Tetapi Jerman atau Belgia, harus melakukan lebih banyak. Dan harus ditegaskan, ini bukan hanya wabah tetapi bencana kemanusiaan. Kita tidak hanya butuh tenaga medis, tetapi juga ahli logistik, alat pengangkut dan bahan makanan. Ini bisa mengganggu kestabilan wilayah Seluruh. Kita hanya bisa berharap ini dapat kembali dikontrol. Saya tak pernah berpikir, akan seburuk ini.

Apa yang bisa dilakukan ketika orang dapat terinfeksi Ebola di jalanan. Seperti yang terjadi di Monrovia, bahkan taksipun sudah terkena virus Ebola?
Kita perlu strategi baru. Saat ini, perawat tak dapat diandalkan untuk terus merawat semua pasien di pusat-pusat pengobatan. Jadi perlu ada pengajaran kepada anggota keluarga pasien bagaimana melindungi diri dari infeksi ini. Jadi tenaga pendidik di lokasi adalah tantangan terbesar, saat ini. Sierra Leone mencoba menerapkan jam malam selama tiga hari untuk mencegah merebaknya wabah ini, pada awalnya saya pikir: "Itu benar-benar gila." Tapi mengapa tidak?" Setidaknya,ini tidak diterapkan dengan kekuatan militer.

Jam malam ini mengesankan keputus-asaan?
Ya, itu seperti pendekatan abad pertengahan. Tapi apa lagi yang bisa dilakukan? Kita hampir tak memiliki cara untuk melawan virus ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI