Kisah Anak-anak dengan Kanker yang Tak Kenal Kata Menyerah

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 06 Oktober 2014 | 04:05 WIB
Kisah Anak-anak dengan Kanker yang Tak Kenal Kata Menyerah
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah rumah singgah penderita kanker seluas sekitar 300 meter persegi berdiri kokoh di Jalan Percetakan Negara IX Nomor 10A, Rawasari, Jakarta pusat.

Rumah bercat putih yang dikenal sebagai Rumah Kita tersebut merupakan tempat tinggal sementara bagi anak-anak yang terkena kanker dan sedang menjalani rawat jalan dari luar kota. Lokasinya hanya beberapa kilometer dari Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan bisa dijangkau dengan angkutan umum.

Keberadaan rumah singgah itu berawal dari keprihatinan para orang tua yang anaknya menderita kanker, lalu mendirikan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).

Ketika memasuki rumah bercat putih itu akan terdengar suara nyanyian dan teriakan anak-anak, biasanya para penderita kanker yang notabene masih anak-anak ini sedang bermain dengan orang tua dan guru.

Terdengar juga suara keceriaan dan kegembiraan di balik sebuah pagar dari bangunan tingkat yang bercat putih. Rifal penderita leukimia yang berasal dari Bogor, ia sudah tiga bulan menetap di rumah singgah YKKAI, dan menjalani proses pengobatan kemoterapi di RSCM.

Pada hari itu Rifal sedang beristirahat di rumah persinggahan karena jadwal kemoterapi akan dilakukan esok hari. Ia menempuh Pendidikan pada salah satu SMP di Bogor mengatakan walaupun ia yang saat itu menderita Leukimia, Namun tetap belajar bahkan mengikuti ujian saat proses kemoterapi di RSCM.

"Ketika belajar kami juga tidak dipaksakan, jika sehabis minum obat kondisi saya lemah, jadi bisa beristirahat", jelas Rifal.

Ia mengatakan ketika kondisinya lemah dan tidak bisa mengikuti aktivitas belajar, maka dirinya akan membaca di kamar sambil tiduran.

"Saya biasanya suka mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Biologi" kata Rifal di ruang bermain dan belajar.

Sementara itu Satria (4 tahun) yang mengenakan kaos bola yang bertuliskan Deutschland menari dan menyanyi sambil bertepuk tangan di ruang tempat mereka bermain dan belajar.

Bocah yang berasal dari Lampung ini menderita kanker darah (leukimia). Saat ini ia sedang menjalani pengobatan Kemoterapi di RSCM ditemani kedua orang tuanya. Sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun karena ibunya yang berulang tahun ke-39, Satria merayakan bersama teman-temannya.

"Satria ma... selalu gembira meskipun baru pulang dari rumah sakit habis kemoterapi dan minum obat ia tetap bermain," kata Rifal.

Satria setiap hari selalu ceria bermain dan berlari bahkan setelah minum obat ia tidak tidur, dan bermain mobil-mobilan. Di Rumah Kita, anak penderita kanker didampingi oleh orang tua mereka. Nana, ayah Rifal dengan setia mendampingi anaknya yang masih dalam proses pengobatan di RSCM.

"Saya menemani Rifal yang masih mengikuti proses kemoterapi sementara ibu dan adiknya di Bogor " ucapnya.

Ia menjelaskan walaupun jauh dari keluarga di Bogor namun mereka merasa berada di tengah keluarga sendiri, karena adanya kebersamaan yang terjalin di Rumah Kita.

"Rumah singgah Yayasan Kasih Kanker Anak Indonesia, serasa rumah sendiri karena semua orang tua yang mendampinggi anak-anak mereka adalah seperti keluarganya sendiri," katanya.

Di rumah singgah YKKAI ada juga orang tua dari penderita kanker yang membantu untuk masak dan menyediakan makanan bagi anak-anak mereka. Tenaga Pengajar Selain sebagai Rumah singgah bagi penderita kanker YKKAI juga menyediakan tenaga pengajar dan memfasilitasi anak-anak penderita dengan sarana belajar.

Tenaga pengajar yang disediakan Yayasan Kasih Kanker Indonesia berasal dari tenaga profesional yang mengajar sesuai keahlian masing-masing.

"Kami menyediakan 16 tenaga pengajar dengan keahlian masing-masing untuk mengajar dan membimbing mereka," kata Ketua sekaligus Pendiri Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Ira Soelistyo.

YKAKI mempunyai visi setiap anak Indonesia yang menderita kanker berhak mendapat pengobatan dan perawatan kanker yang sebaik-baiknya, termasuk hak belajar dan hak bermain Misi-nya yaitu akomodasi, sekolah, memberikan sosialisasi edukasi masyarakat awam agar tahu tanda-tanda dan gejala awal penyakit kanker.

Ia mengatakan, Rumah Kita yang didirikannya berlatarbelakang pengalaman pribadi merawat anaknya yang sakit leukemia tahun 1984.

"Beruntung saya bisa bawa dia berobat sampai ke Belanda selama delapan bulan dan tinggal di rumah singgah McDonald persis di samping rumah sakit. Dari sana ia terinspirasi, karena sangat menolong dengan biaya yang juga sangat minim," jelasnya.

Ia menjelaskan Yayasan Rumah kita telah dirintis sejak 2006 lalu sebagai tempat tinggal sementara bagi anak-anak yang menderita kanker dan sedang menjalani rawat jalan dari luar kota. Ia mengatakan Rumah Kita telah bekerja sama dengan empat rumah sakit di Jakarta antara lain RSCM.

"YKAKI lokasinya hanya beberapa kilometer dari Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan bisa dijangkau dengan angkutan umum," katanya.

Ia mengatakan letak rumah singgah tersebut juga tidak jauh dari RSCM sehingga memudahkan penderita untuk berobat.

"Saat ini YKAKI sudah mempunyai bangunan dua lantai sendiri yang cukup luas, dengan kapasitas pasien kanker sebanyak 28 anak, dimana tiap anak punya satu orang tua yang mendampingi,” kata Ira.

Menurut data WHO, jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang.

Di Indonesia, tiap tahun diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya.

Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI