Suara.com - Sebuah penelitian mengklaim bahwa human immunodeficiency virus (HIV) lahir pada 1920-an di Afrika tengah dimana wilayah tersebut sejak tahun itu sudah menjadi rute yang ramai untuk perdagangan dan pekerja migran.
Para ilmuwan dari Universitas Oxford dan Belgia melihat sejarah genetik virus yang menewaskan 1.5 juta orang dalam setahun dengan menelusuri kembali ke kota Kinshasa, yang kini menjadi ibu kota Republik Demokratik Kongo.
Oleh penguasa kolonial Belgia, Kinshasa dijadikan kota perdagangan yang ramai terlebih sudah ada transportasi kereta api yang modern.
Kondisi ini tentu saja membuat Kinshasa menjadi kota dengan pertumbuhan yang pesat. Akibatnya, banyak pekerja migran yang tertarik untuk mengadu peruntungan di kota tersebut.
Begitu banyaknya pekerja migran yang tinggal di kota tersebut berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakatnya, termasuk kebiasaan seksualnya dan meningkatnya perdagangan seks.
Fakta inilah yang memungkinkan HIV untuk menyebar tanpa diketahui hingga akhirnya terlambat untuk menghentikannya.
Meski demikian, HIV kala itu tampaknya lambat menyebar ke luar perbatasan kota. Butuh waktu selama 30 tahun untuk muncul di tiga kota lain di negara yang luas yaitu, Mbuji-Mayi, Lubumbashi dan Kisangani, sejauh 1.000 mil.
Kasus HIV AIDS pertama dilaporkan terjadi di Kinshasha pada 1959. Kemudian virus tersebut terbawa hingga ke Atlantika, dan menjangkiti seorang remaja bernama Robert Rayford, yang tinggal di Missouri, Amerika.
Dokter percaya bahwa Rayford mungkin adalah seorang lelaki penjaja seks yang kemudian meninggal diserang AIDS 1969.
Kemudian pada 1977, virus ini telah sampai di Eropa. Seorang pelaut bernama Arvid Noe adalah korban pertamanya.
Virus AIDS kemudian menjadi virus yang dengan cepat tersebar dari benua satu ke benua lain. Dan diketahui penyebaran yang cepat dahulu disebabkan penggunaan kembali jarum suntik. Sehingga anak-anak juga menjadi korbannya, dan banyak yang meninggal dunia karenanya.
Berkamuflase
Virus HIV AIDS dianggap sebagai virus yang cerdas karena dapat berkamuflase di dalam tubuh dan berpura-pura menjadi nutrisi, sehingga tubuh telah tertipu.
Begitu diizinkan masuk ke dalam tubuh, ia kemudian menyerang sistem immune dan merusaknya. Inilah sebabnya banyak orang yang tidak dapat bertahan lama setelah diserang virus ini.
HIV itu sendiri masuk ke dalam tubuh secara 'diam-diam' sebelum akhirnya menyebabkan penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yang baru diidentifikasi sebagai virus pada 1983. Pada saat itulah ribuan orang telah meninggal akibat penyakit mematikan itu.
Sejak itu para ilmuwan telah terlibat dalam pertempuran panjang untuk meningkatkan peningkatan pengobatan dengan obat antiretroviral, yang memperlambat jalannya HIV dan memungkinkan beberapa pasien bisa memiliki harapan hidup yang lebih panjang.
Berkat upaya mereka dan pendidikan tentang seks yang aman, kematian akibat AIDS perlahan-lahan menurun sejak 2005 - ketika itu jumlah penderitanya memuncak di angka 2.3 juta di seluruh dunia.
Profesor Oliver Pybus dari Universitas Oxford, pemimpin studi dalam Jurnal Science mengatakan bahwa analisis genetik HIV yang ditelitinya itu sejauh ini yang paling komprehensif.
"Untuk pertama kalinya, kami telah menganalisis semua bukti yang ada menggunakan teknik phylogeographic terbaru, yang memungkinkan kita untuk memperkirakan secara statistik dari mana virus tersebut berasal," imbuhnya.
Ini berarti, kata Pybus, hasil penelitiannya itu dapat mengungkapkan sejarah HIV dengan tingkat kepastian yang tinggi, di mana dan kapan pandemi HIV tersebut berasal. (Daily Mail)