Wamenkes: Hepatitis Lebih Berbahaya daripada HIV/AIDS

Doddy Rosadi Suara.Com
Minggu, 21 September 2014 | 03:40 WIB
Wamenkes: Hepatitis Lebih Berbahaya daripada HIV/AIDS
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti (kanan). (Antara/Puspa Perwitasari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron mengatakan penyakit hepatitis merupakan ancaman bagi warga di seluruh Indonesia.

"Indonesia adalah negara endeminitas hepatitis, ini merupakan ancaman," kata Wamenkes usai menghadiri puncak Hari Hepatitis Sedunia, di Jambi, Sabtu, (20/9/2014).

Ia mengungkapkan, satu di antara sepuluh orang di Indonesia menderita hepatitis, penyakit ini lebih berbahaya dari virus HIV/AISD. Jika penderita tidak segera ditangani dengan baik, bisa mengakibatkan kanker hati dan jika sudah siroris umur penderita umumnya hanya enam bulan.

"Bayangkan saja, satu di antara sepuluh orang terkena hepatitis. Total 28 juta penduduk Indonesia penderita Hepatitis A, B maupun C. Jadi ini lebih berbahaya dari pada HIV/AIDS," katanya.

Untuk itu, peringatan Hari Hepatitis Sedunia ini amat penting karena bisa menyadarkan masyarakat tentang bahaya hepatitis.

Penanggulangannya, pemerintah harus bekerja sama dengan semua pihak dan lintas sektor pemerintah pusat dan daerah serta tetap memberikan vaksinasi kepada anak-anak.

Selain itu lingkungan sekitar harus bersih dan tetap menerapkan pola prilaku hidup bersih dan sehat.

"Kita apresisasi kepada Pemprov Jambi yang telah memiliki komitmen untuk bersama-sama melakukan pengendalian," kata Ghufron.

Namun jika penderita sudah mendesak tentu perlu penanganan spesifik, apakah perlu diberikan interferon ataupun terapi-terapi yang lain, tapi yang jelas, kesadaran ini harus dibangkitkan di seluruh komponen bangsa untuk menyadari bahwa banyak penduduk yang terkena hepatitis, hal itu tentu sangat berpengaruh terhadap SDM Indonesia.

Hepatitis ini tidak memandang usia, bayi, dewasa dan orang tua tetap rentan terkena penyakit ini. Pengobatan dengan interferon itu hanya bisa mengurangi sirosis atau pencegahan untuk kanker hati.

"Sifatnya memang tidak mendadak maka perlu dicek tubuh kita terkena hepatitis atau tidak. Setelah dicek baru kita ketahui," jelasnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI