Obama: Ebola Menyebar Tak Terkendali

Ruben Setiawan Suara.Com
Rabu, 17 September 2014 | 05:49 WIB
Obama: Ebola Menyebar Tak Terkendali
Presidan AS Barack Obama di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, Georgia. (Reuters/Larry Downing)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan bahwa epidemi Ebola di Afrika Barat "menyebar tak terkendali". Obama juga mendesak masyarakat dunia untuk bertindak cepat dan lebih banyak berkontribusi untuk membantu mengatasi penyebaran penyakit mematikan tersebut.

"Begini kenyataan pahitnya. Di Afrika Barat, Ebola kini sudah menjadi epidemi, seperti yang belum pernah kita saksikan sebelumnya. Itu (ebola) menyebar tak terkendali, makin memburuk," kata Obama dalam pertemuan dengan para pejabat kesehatan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat di Atlanta, Georgia, hari Selasa (16/9/2014).

"Namun saat ini, dunia masih punya kesempatan untuk menyelamatkan banyak nyawa. Saat ini, dunia memiliki tanggung jawab untuk bertindak, untuk bergerak, dan melakukan sesuatu yang lebih. Amerika Serikat berniat untuk melakukan lebih lagi," tambah Obama

Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim 3.000 tentara untuk membantu mengatasi wabah Ebola, termasuk pasukan untuk ditempatkan di Liberia, negara di mana penyakit mematikan itu berkembang tak terkendali.

Selain mengerahkan pasukan, AS juga berencana mendirikan 17 pusat perawatan, melatih ribuan pekerja kesehatan, serta mendirikan sebuah pusat kendali militer untuk koordinasi.

Selain AS, Kuba dan Cina juga mengatakan akan mengirim staf medis ke Sierra Leone. Kuba akan menempatkan 165 orang pada bulan Oktober mendatang, sementara Cina akan mengirim laboratorium bergerak dengan 59 staf untuk mempercepat pengujian penyakit tersebut. Saat ini, Cina sudah menempatkan 115 staf dan membuat sebuah rumah sakit di negara tersebut.

Saat ini, menurut catatan WHO, Ebola sudag membunuh lebih dari 2.400 orang dari 4.794 kasus yang terjadi di Afrika Barat. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI