Suara.com - Sebuah vaksin Ebola yang mirip dengan vaksin yang dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK), terbukti efektif melindungi monyet dalam uji laboratorium. Namun vaksin ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan perlindungan hingga 10 bulan.
Demikian hasil sebuah penelitian yang dirilis di Nature Medicine, Minggu (7/9/2014).
Temuan ini menawarkan sebuah petunjuk awal yang terbukti efektif dalam pengembangan vaksin Ebola. Johnson & Johnson dan NewLink Genetika adalah perusahaan farmasi yang terlibat dalam pengembangan vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang itu.
Hasil penelitian itu menunjukkan, bahwa vaksin hasil pengembangan GSK yang sekarang sedang diuji pada sukarelawan sehat akan melindungi infeksi Ebola dalam jangka pendek, tetapi mungkin harus ditambah untuk perlindungan jangka panjang.
Penelitian ini bisa dibilang sebagai rejimen vaksin pertama yang mmapu memberikan "kekebalan tahan lama" yakni selama 10 bulan terhadap empat monyet yang diujicobakan.
Vaksin itu menggunakan adenovirus simpanse, yang sangat dekat dengan versi virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas pada manusia. Di mana para ilmuwan lantas menyambungkannya dengan gen Ebola.
Adenovirus yang menginfeksi sel-sel dalam hewan yang divaksinasi, menyebabkan mereka untuk mempengaruhi gen dan menghasilkan protein Ebola. Protein inilah yang yang membangun sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mampu menyerang protein virus Ebola ketika infeksi terjadi.
Vaksin yang sedang dikembangkan oleh GSK, mulai diuji cobakan pada manusia Selasa lalu, dan oleh J & J, yang bertujuan untuk memulai uji coba pada manusia awal 2015 mendatang.
Sementara percobaan ketiga vaksin Ebola menggunakan sistem pengiriman yang berbeda. Versi ini dikembangkan oleh Badan Kesehatan Masyarakat Kanada dan berlisensi untuk NewLink Genetika dijadwalkan akan diujicobakan pada manusia musim gugur ini. (Reuters)