Suara.com - Tim peneliti gabungan dari Universitas Harvard dan Massachusetts menemukan bahwa virus Ebola cepat bermutasi dan bakal semakin sulit disembuhkan.
Sebuah penelitian mengungkapkan berhasil memindai hampir 400 modifikasi virus Ebola dari para pasien di Sierra Leone.
Seperti dikutip dari jurnal Science, modifikasi genetik itu diketahui hasil analisis pada lebih dari 99 Ebola virus yang diambil dari 78 pasien yang terpapar sejak serangan Ebola mengemuka di 24 hari awal.
Tim menemukan ratusan perubahan genetik pada virus Ebola yang menyebar pada tahun 2014 berbeda dari genom wabah Ebola yang telah menyebar sebelumnya.
Mereka juga menemukan variasi dalam urutan genom menunjukkan, bahwa dari sampel yang dianalisis, wabah ini dimulai dari infeksi tunggal terhadap manusia, kemudian menyebar dari orang ke orang selama berbulan-bulan.
Kemampuan bermutasi inilah yang bisa sangat mengancam dan membuatnya semakin sulit untuk dibuatkan vaksin tetap.
Untuk mempercepat upaya cepat tanggap, tim peneliti merilis urutan dari keseluruhan modifikasi mutasi kepada pusat databae infomasi bioteknologi DNA (NCBI).
“Dengan menyusun data sesegera mungkin pada masyarakat, kami berharap upaya respon cepat,” kata salah seorang peneliti Dr Pardis Sabeti.
Sejak dikabarkan menyebar pada Maret 2014 di Afrika bagian barat, tercatat sekitar 1.550 orang tewas akibat keganasan Ebola.
Kini virus yang pertama kali terdeteksi di Guniea dan kini sudah menyebar Sierra Leone dan terakhir di Senegal, yang baru memakan satu korban.