Suara.com - Penyakit glukoma menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kebutaan di dunia dengan persentase mencapai 10 persen.
Demikian yang dikemukakan oleh dokter spesialis mata RSUD dr Saiful Anwar dan dr Soni Agung Santoso di Kota Blitar, Jawa Timur.
"Di Indonesia, kasus glukoma tergolong paling tinggi setelah katarak, akibat kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap jenis penyakit satu ini," kata Saiful yang diamini oleh Soni di Blitar belum lama ini.
Sayangnya ia tidak merinci jumlah kasus penyakit yang disebabkan meningkatnya tekanan pada bola mata tersebut di Indonesia, namun data yang pernah dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada akhir 2013 mencatat, kasus glukoma di Indonesia mendekati angka 500.000 penderita.
Penyakit mata yang bisa menyebabkan kebutaan sejauh ini masih didominasi kasus katarak dengan persentase mencapai 39 persen.
"Sebaran kedua yang bisa memicu kebutaan adalah kasus mata refraktif atau kelainan pada bola mata sehingga bayangan benda tidak bisa jatuh pada makula retina," kata Saiful.
Menurut dia, kasus refraksi mata mencapai 18 persen di bawah katarak, namun kedua jenis penyakit mata tersebut pada dasarnya masih bisa disembuhkan atau dipulihkan untuk penglihatan penderita dengan syarat segera dilakukan tindakan medis dan tidak ada penyakit bawaan lain.
Kondisi sebaliknya terjadi pada penderita glukoma. "Penderita glukoma yang sudah mengalami penurunan lapang pandang tidak bisa disembuhkan. Tindakan medis ataupun pengobatan hanya bisa dilakukan untuk mempertahankan kemampuan melihat yang masih ada," terang Soni.
Namun, lanjut dia, penyakit yang disebabkan meningkatnya tekanan cairan pada bola mata yang berdampak pada rusaknya sistem saraf penglihatan itu masih bisa dicegah (preventable blindness) atau setidaknya diperlambat melalui deteksi dini dan pengobatan yang benar.
"Meningkatnya tekanan pada bola mata disebabkan cairan (nutrisi) yang masuk ke dalam bola mata tidak diimbangi dengan cairan keluar akibat tersumbatnya saluran buang pada bola mata tadi. Obat ataupun tindakan medis membuat saluran buatan dimaksudkan untuk membantu keseimbangan antara cairan masuk dan keluar ini," urai Saiful.