Peserta dari penelitian tersebut kemudian kembali diwawancarai pada 2004-2005. Untuk menguji hubungan antara kesehatan tulang dan status perkawinan, mereka menggunakan pengukuran kepadatan tulang pinggul dan tulang belakang yang diperoleh dengan menggunakan scanner standar kepadatan tulang selama kunjungan kedua para partisipan di UCLA, Georgetown University dan University of Wisconsin-Madison.
Para peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan tulang, seperti obat-obatan, perilaku kesehatan dan menopause.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa hubungan antara perkawinan dan kesehatan tulang jelas terlihat di tulang belakang tetapi tidak di tulang pinggul, mungkin karena perbedaan komposisi tulang, kata para peneliti.
Data mengemukakan beberapa korelasi yang signifikan antara pernikahan dan kesehatan tulang, tapi hanya untuk laki-laki.
Para penulis penelitian menemukan bahwa lelaki dalam pernikahan jangka panjang yang stabil memiliki kepadatan tulang yang lebih baik di tulang belakang dibandingkan kelompok laki-laki lain; termasuk laki-laki yang saat ini menikah, tapi pernah bercerai atau berpisah, atau laki-laki yang belum pernah menikah.
Di antara lelaki yang pertama kali menikah sebelum berumur 25 tahun, para peneliti menemukan penurunan yang signifikan dalam kekuatan tulang belakang pada setiap tahun pernikahannya dibandingkan sebelum menikah.
"Pernikahan yang sangat awal adalah merugikan pada lelaki, mungkin karena tekanan harus menyediakan nafkah untuk keluarga," kata rekan penulis studi Dr. Arun Karlamangla, seorang profesor kedokteran di divisi geriatri di Geffen School.
Sayangnya, para peneliti belum menemukan jalur biologis yang menghubungkan antara kesehatan tulang dan perkawinan ini.
Hasil temuan juga dibatasi oleh kenyataan bahwa tidak terdapat penilaian longitudinal kepadatan tulang pada penelitian ini, karena hasil temuan hanya menilai korelasi, bukan hubungan sebab dan akibat. Inilah yang mendasari para peneliti merencanakan akan melakukan penelitian lanjutan di masa depan. (Newsroom UCLA)