Suara.com - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengkhawatirkan kondisi anak sekolah Indonesia yang banyak di antaranya masih menderita anemia gizi dan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
"Dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 ada datayang menyebutkan 26,4 persen anak SD-SMP menderita anemia gizi. Ini berarti makanannya tidak becus, dan bisa berpengaruh ke kemampuan belajar anak," ujar Nafsiah di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin, (18/8/2014).
Nafsiah menuding kehadiran mi instan sebagai salah satu penyebab anemia gizi.
"Sekarang mi instan itu masuk desa. Anak-anak tidak lagi makan sayur dan buah, hanya makan mi. Asupan makanannya semua karbohidrat," ujarnya.
Selain menyebabkan kemampuan belajar berkurang, konsumsi makanan yang kurang bergizi itu akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi anak kelak, antara lain berupa munculnya penyakit tidak menular seperti diabetes dan gagal ginjal.
Di samping itu, Riskesdas juga melaporkan perilaku beresiko yang dilakukan oleh kelompok usia anak sekolah seperti merokok yang dilakukan oleh 18,3 persen anak usia 15--19 tahun, kurang aktivitas fisik pada 35,4 persen anak usia 15-019 tahun, kurang mengkonsumsi buah/sayur pada 95 persen anak usia 13--15 tahun, tidak menggosok gigi dengan benar pada 92,3 persen anak usia 13--15 tahun, dan 80 persen anak usia 13--15 tahun tidak mencuci tangan dengan benar.
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan kelompok usia anak sekolah Indonesia berjumlah sekitar 66 juta jiwa atau 28 persen dari jumlah penduduk, dengan 46 juta (70 persen) di antaranya bersekolah baik tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. (Antara)