Ada Dua Jenis Bipolar, Mana Lebih Bahaya?

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2014 | 17:36 WIB
Ada Dua Jenis Bipolar, Mana Lebih Bahaya?
Ilustrasi bipolar (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter Ahli Kesehatan Jiwa (psikiater) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr.Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K) mengatakan gangguan jiwa Bipolar bisa dibedakan menjadi dua, yakni bipolar I dan bipolar II.

"Bipolar I maniknya lebih tinggi dari bipolar II," kata Danardi dalam diskusi yang bertajuk "Penanganan Kegawatdaruratan Gangguan Jiwa" di Jakarta, Rabu (13/8/2014).

Menurutnya bipolar I lebih berbahaya dari bipolar II karena tingkatan gejalanya lebih tinggi. Lebih lanjut Danardi menjelaskan,
dalam gangguan jiwa bipolar, gejala dibagi menjadi dua bagian, yakni manik dan depresif. Manik, lanjut dia, adalah bagian di mana si penderita merasakan optimisme dan percaya diri yang begitu tinggi, sementara pada bagian depresif, penderita merasakan kesedihan yang teramat mendalam.

"Dalam bipolar I, maniknya jadi hebat, misalnya berbicara terus selama 30 menit tidak bisa disela sampai muncul gambaran psikotiknya, seperti merasa saya adalah raja, saya adalah Tuhan," katanya.

Sementara, lanjut dia, gejala manik pada bipolar II tidak separah bipolar I, tetapi tetap merasa euforia yang ditandai dengan bernyanyi terus-menerus dan harga diri yang melambung.  "Jika dicontohkan, bipolar I maniknya ada 10, sementara bipolar II maniknya ada lima," katanya.

Namun, Danardi mengatakan gangguan bipolar muncul secara bertahap, mulai dari sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Penanganan dini bisa mencegah berkembangnya gangguan bipolar. Sehingga ia menyarankan, ketika merasakan atau menemukan gejala bipolar, maka segeralah berkonsultasi dengan psikiater.

"Jika ditangani sejak dini, maka potensi cepat sembuhnya lebih besar karena gampang 'reversible' (kembali ke normal)," katanya.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI ) itu juga mengatakan, penderita bipolar bisa diobati dengan mengonsumsi obat tertentu dan terapi kejiwaan (psikoterapi). Dan yang penting, orang-orang di sekitarnya harus mendukung.

"Gejala gangguan jiwa tidak harus minum obat, tetapi juga terapi, memberikan perubahan pola pikir terhadap gaya hidup yang sebelumnya," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI