Selain itu, lanjut dia, penderita seringkali merasa bersalah, padahal ia tidak melakukan kesalahan.
"Yang lebih parah, dia berpikir bisa sekitika bunuh diri dan tidak memiliki masa depan," katanya.
Namun, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir dengan penyakit kejiwaan tersebut karena bisa diketahui sejak dini.
"Lingkungan sekitar mestinya bisa mengenali gejala ini karena gejalanya ini, tetapi memang gejal bipolar tidak serta merta langsung pada espisode yang parah, tetapi juga dalam tahap ringan terlebih dahulu," katanya.
Nurmiati mengatakan gejala bipolar tersebut hanya terjadi ketika si penderita sedang sakit, tetapi ketika dalam kondisi stabil ia bersikap seperti biasa layaknya orang normal.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI ) dr.Danardi Sosrosumihardjo,SpKJ(K) mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan ke dokter spesialis apabila ada indikasi terkena bipolar karena gejalanya yang hampir mirip dengan orang normal.
"Jangan orang 'workaholic' (gemar bekerja) langsung disimpulkan bipolar, karena itu harus dibawa dulu ke ahlinya karena kita membuat diagnosis tidak berdasarkan satu fakta," katanya.
Selain itu, dia mengatakan mengonsumsi obat secara rutin, yakni "mood stabilizer" (penstabil mood) juga penting untuk mengendalikan perilaku-perilaku menyimpang yang membahayakan. (Antara)