Mengenal Lebih Dekat Tentang Gangguan Bipolar

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2014 | 13:20 WIB
Mengenal Lebih Dekat Tentang Gangguan Bipolar
Ilustrasi bipolar (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan ini salah satu jenis gangguan kejiwaan yang disebut gangguan bipolar tengah hangat diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat.

Topik ini menyeruak setelah munculnya berbagai berita tentang dugaan gangguan bipolar yang dialami oleh artis cantik, Marshanda.

Di tengah hangatnya pemberitaan tersebut, masyarakat kembali dikejutkan oleh kabar duka meninggalnya aktor kenamaan dunia, Robin Williams di California, Amerika Serikat, Senin (11/8/2014).

Lelaki 63 tahun ini ditemukan tewas tergantung di pintu kamarnya. Dia mengakhiri hidup pada seutas sabuk yang diikat di pintu kamar. Tak jauh dari tubuhnya, ada sebilah pisau, serta bekas sayatan di tangan.

Tindakan bunuh dirinya ini diduga dipicu depresi berat. Lebih jauh, analisa kejiwaan menduga Williams juga mengalami gangguan bipolar.

Lantas, apa sih sebenarnya gangguan bipolar ini? Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Agung Kusumawardhani, SpKJ mengatakan, gangguan bipolar adalah gangguan suasana hati yang bisa dialami oleh siapa saja.

Gangguan bipolar (bipolar disorder) itu sendiri, lanjut dia, adalah gangguan pada perasaan seseorang akibat masalah di otak, ditandai dengan perpindahan (swing) mood, pikiran, dan perubahan perilaku.

"Penderita mengalami perubahan mood yang dramatis, dari episode manic dan episode depresi selama periode waktu tertentu," jelas Agung.

Episode manic, lanjut dia, ditandai dengan kondisi mood yang sangat meningkat (hipertimik) atau irritable (mudah marah dan tersinggung), episode depresi ditandai dengan mood yang sangat menurun (hipotimik). Di antara kedua episode mood tersebut ada masa mood yang normal (eutimik).

Suasana Hati Tak Stabil
Menurut dia, awam sering menyebutnya suasana hati yang tidak stabil. Namun, kata Agung, gejala ini baru bisa disebut sebagian gangguan bila telah memenuhi kriteria waktu tertentu, seperti untuk episode manic, dibutuhkan kondisi mood hipertimik dalam rentang waktu minimal seminggu atau bahkan kurang dari seminggu.

Untuk episode depresi, memerlukan waktu minimal 2 minggu terus-menerus berada dalam kondisi mood hipotimik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI