Suara.com - Studi terkini menunjukkan bahwa berlari berapa pun kecepatan atau durasinya ternyata dapat mengurangi risiko kematian secara keseluruhan sekitar 30 persen dan 45 persen akibat penyakit jantung atau stroke.
Kesimpulan tersebut didapat setelah para peneliti memeriksa lebih dari 50.000 orang dewasa berusia 18 dan 100 tahun, selama lebih dari 15 tahun. Mereka menggunakan data dari Aerobics Center Longitudinal Study.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology ini menyebutkan bahwa orang yang berlari kurang dari satu jam dalam seminggu mendapatkan manfaat kesehatan yang sama seperti orang yang berlari lebih lama, apa pun jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kondisi kesehatan atau status merokoknya.
Hal ini lebih baik dibandingkan latihan moderat selama 150 menit atau 75 menit latihan penuh semangat selama seminggu seperti yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Amerika Serikat.
"Lebih lama (berlari) mungkin tidak lebih baik dalam hubungannya dengan manfaat bagi kesehatan," kata asisten profesor dari Iowa State University sekaligus ketua penulis studi, Duck-chul Lee seperti dilansir USA Today.
Di samping mengurangi risiko kematian, berlari, kata para peneliti, ternyata juga bisa memperpanjang usia harapan hidup.
Rata-rata orang yang senang berlari (atau pelari), menurut para peneliti, dapat hidup tiga tahun lebih lama ketimbang mereka yang bukan pelari.
Kardiolog sekaligus wakil penulis studi, Carl Lavie mengatakan, berlari secara konsisten bahkan dapat mengimbangi faktor risiko kematian lain, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi dan merokok.
Dalam studi itu, para partisipan menyelesaikan kuesioner mengenai kebiasaan lari mereka. Berdasarkan sampel, sekitar 24 persen partisipan dilaporkan menjadikan lari sebagai bagian dari latihan saat senggang.
Para peneliti juga menemukan, partisipan yang melakukan lari terus menerus selama lebih dari enam tahun mendapatkan manfaat kesehatan yang paling signifikan, yakni 29 persen lebih rendah berisiko meninggal secara keseluran dan 50 persen lebih rendah meninggal karena penyakit kardiovaskular.