Suara.com - Sebuah fakta mengejutkan dalam pola penerbangan diungkapkan oleh para peneliti baru-baru ini. Isinya, bayi beresiko lebih besar untuk meninggal di atas pesawat akibat perubahan pola tidur.
Kesimpulan ini dirilis dari hasil analisis rinci terhadap lebih dari 7.000 darurat medis yang melibatkan anak-anak (usia nol hingga 18 tahun) dari penerbangan di seluruh dunia antara Januari 2010 dan Juni 2013. Ternyata 90 persen kematian terjadi pada anak di bawah usia dua tahun.
Para korban diidentifikasi dengan mencari catatan semua masalah darurat medis yang dalam penerbangan yang menimpa anak-anak sebagaimana dilaporkan MedAire, penyedia terkemuka dukungan medis untuk penerbangan komersial di seluruh dunia.
"Pola yang kami identifikasi cukup menarik dan dapat menunjukkan bayi berada pada risiko kematian yang terkait dengan penerbangan, faktor lingkungan seperti pengaturan tidur," kata Alexandre Rotta, dari University Hospitals Rainbow Babies dan Rumah Sakit Anak (UH Rainbow) di Cleveland, AS.
Rotta dan timnya menduga, peningkatan risiko ini mungkin disebabkan paparan lingkungan kabin hipoksia, atau berbagi kursi dengan orang dewasa dan tidur selama penerbangan jarak jauh. Tapi tak tertutup adanya faktor lain yang belum diketahui.
Mayoritas masalah darurat yang dialami anak dalam penerbangan adalah infeksi, kondisi neurologis, dan masalah pernapasan seperti asma. Namun gangguan ini jarang membutuhkan perubahan rute penerbangan dan tidak menimbulkan risiko signifikan.
Karena kematian anak dalam penerbangan adalah suatu peristiwa langka, maka diperlukan data set yang lebih besar untuk melengkapi penelitian ini.
"Saya yakin, dari pola yang kami temukan perlu dikembangkan strategi pencegahan dan kebijakan untuk melindungi kesehatan semua penumpang pesawat pediatrik, terutama bayi," saran Rotta. (zeenews.india.com)