Yayasan Kanker Indonesia Bantu Pasien Tak Terfasilitasi BPJS

Ardi Mandiri Suara.Com
Jum'at, 18 Juli 2014 | 03:30 WIB
 Yayasan Kanker Indonesia Bantu Pasien Tak Terfasilitasi BPJS
Ilustrasi (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Yayasan Kanker Indonesia membantu pasien atau penderita kanker yang tidak terfasilitasi oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan memberikan santunan atau berupa keringanan dalam pengobatan.

"Kita memberikan bantuan kepada masyrakat, terutama penderita kanker yang belum ter-cover' dengan BPJS," kata Ketua Umum YKI Nila F Moeloek saat diskusi yang bertajuk "Bersama Kita Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker" di Jakarta, Kamis.

Nila menyebutkan bantuan tersebut, yakni dalam bentuk biaya operasi, radiasi dan kemoterapi dalam bantuan yang dinamai "Patients Asistance Program" "Sangat memprihatinkan bahwa kanker bisa diderita olh siapa saja dengan biaya pengobatan kanker yang semakin tinggi," katanya.

Dia menjelaskan sifat kanker yang sulit dideteksi dini, menyebabkan penderita baru menyadari terkena kanker ketika sudah stadium lanjut dimana biaya pengobatan sangat mahal.

"Biasanya terjadi gangguan pada organ lain, kualitas penderita perlu diatasi dan upaya memperpanjang kelangsungan hidup adalah manusiawi," katanya.

Dengan program PAP yang telah digagas sejak 1998 itu,dia mengatakan YKI bisa membentu memperbaiki kualitas hidup yang merupakan salah satu penentu kelangsungan hidup penderita kanker.

Dalam kesempatan yang sama Wakil Sekretaris YKI Ulfana Said Umar menjelaskan prosedur untuk mendapatkan bantuan dari YKI, yakni pasien harus mempunyai surat rujukan dari dokter spesialis onkologi terkait diagnosa kanker.

"Karena pasien yang diutamakan yang kurang mampu, maka harus mempunyai surat keterangan tidak mampu (SKTM) atau Gakin dari kelurahan setempat," katanya.

Ketiga, lanjut dia, pasien harus melampirkan resep asli dari dokter di rumah sakit pemerintah yang berada di kota untuk berobatnya, kalau di jakarta contohnya Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo, RS Fatmawati dan Rumah Sakit Persahabatan.

Ulfana mengatakan proses dari pengajuan bantuan hingga diterimanya bantuan pengobatan tidak lama, hanya satu minggu.

"Bentuknya bisa penyaluran full atau 'sharing' biaya kemoterapi dan pengobatan kemoterapi yang harganya 30 persen lebih murah dari di pasaran," katanya.

Salah satu pasien yang menerima bantuan, yakni Berty yang mengidap kanker paru dan kanker usus serta Suhendra yang mengidap kanker ginjal.

Berty mengaku sangat terbantu dengan bantuan dari YKI untuk menutupi biaya pengobatan yang tidak tertanggung oleh Askes pada waktu itu.

"Mirisnya, istri saya adalah dokter di RS Persahabatan bagian yang mengurusi jamkes untuk masyarakat, tetapi pengobatan saya sendiri tidak terjamin," katanya.

Saat ini Berty mengaku sudah sehat setelah menjalani operasi dan kemoterapi dan dia didaulat oleh YKI menjadi Ketua Koordinator Survivor Group yang memberikan semangat kepada penderita kanker di sejumlah rumah sakit.

Hal senada juga disampaikan Suhendra yang awalnya kebingungan karena harus membeli satu-satunya obat untuk kemoterapinya, Yakni Nexafar yang haragnya Rp20 juta.

"Saya enggak mampu kalau sebulan harus mengeluarkan uang sebesar itu, kalau saya tidak beli obat itu juga saya akan 'lewat' (meninggal), akhirnya saya ke YKI dan mereka memberikan bantuan dengan membeli satu dapat gratis satu," katanya.

Suhendra yang divonis kanker sejak 2012 itu mengaku saat ini keadaannya lebih baik, namun ia mengaku harus terus berjuang melawan kankernya itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI