Suara.com - Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Agus Purwadianto, mengatakan 50 persen penderita hepatitis berpotensi menjadi kronis.
Karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya preventif.
"Hepatitis ini bisa dicegah dan diobati. Untuk itu kita bisa mengupayakan untuk mengurangi angka kematian akibat hepatitis," kata Agus dalam sambutan yang dibacakan Kepala Sub Direktorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Ditjen PP dan PL Kemenkes, Naning Nugraha, pada acara Soho #BetterU: Hari Hepatitis Sedunia di Jakarta, Selasa, (15/7/2014).
Lebih lanjut dia meminta masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit hepatitis yang hampir tidak ada gejala awalnya.
"Namun, kami menyadari perlu akselerasi untuk mencegah dan mengendalikan hepatitis ini," katanya.
Hal senada dikatakan Pakar Gastroenterohepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr Irsan Hasan. Dia meminta masyarakat untuk waspada terhadap penyakit hepatitis, karena seringkali timbul tanpa gejala (asimptomatis).
"Kebanyakan diketahui terlambat, kebanyakan diketahui setelah terjadi sirosis (benjolan di permukaan hati) atau hepatoma karena tidak ada gejala yang menunjukkan deteksi awal terkena hepatitis, karena itu disebutnya 'silent killer' (pembunuh berdarah dingin)," kata Irsan.
Untuk itu, dia menyarankan untuk segera memeriksakan kesehatan, terutama cek darah untuk mengetahui apakah positif hepatitis atau tidak dengan skrining HBsAg atau Anti Hbs.