Suara.com - Rasanya setengah tidak percaya dan seperti mimpi rasanya ketika Brasil kalah telak dari Jerman di semifinal piala dunia 2014 dengan skor 7-1.
Kekalahan ini merupakan tamparan keras bagi Brasil baik untuk tim nasionalnya maupun rakyatnya karena terjadi di kandang sendiri.
Dokter Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,FINASIM dari FKUI-RSCM berpendapat bahwa kekalahan telak di semifinal akan membawa dampak kepada masyarakat Brasil.
Akibat kekalahan ini, ia memprediksi, serangan jantung akan meningkat di Brasil, terutama pada orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas.
"Stres dan rasa kecewa yang berlebihan dan tidak sesuai harapan, lebih-lebih berlangsung secara cepat akan membawa dampak dan menjadi faktor risiko terjadinya serangan jantung dan stroke pada masyarakat," jelasnya dalam surat elektroniknya yang diterima suara.com di Jakarta, Rabu (9/7/2014).
Serangan jantung karena penyakit jantung koroner, lanjut Ari, bisa muncul dengan gejala berupa nyeri dada. Biasanya nyeri menjalar ke tangan kiri dan tembus ke belakang dada.
"Nyeri dada seperti ditekan dan berlangsung lebih dari 10 menit. Selain nyeri dada, pasien bisa mengalami sesak napas, sesak napas akan bertambah jika naik tangga atau latihan yang keras atau karena stres," imbuhnya.
Apa yang diprediksikannya ini, kata Ari, didasarkan fakta dan bukti klinis sebelumnya, seperti satu laporan penelitian pada salah satu jurnal ilmiah kedokteran Brasil (Arquivos Brasileiros de Cardiologi) pada 2013.
Penelitian yang dilakukan oleh Borges dan kawan-kawan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sao Paolo, Brasil itu menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian di Brasil dan serangan jantung sebagai manifestasi utama penyakit jantung koroner meningkat, selama berlangsungnya piala dunia.
Penelitian Selama 4 Piala Dunia
Penelitian ini dilakukan selama empat piala dunia 1998, 2002, 2006 dan 2010. Pada pengamatan empat piala dunia tersebut ternyata terjadi peningkatan serangan jantung pada setiap pertandingan Brasil di piala dunia.
Penelitian dengan cara observasi ini dilakukan dengan melihat data dari sistim informasi rumah sakit kementerian kesehatan Brasil.
"Dari 469.679 pasien yang dirawat karena serangan jantung, ternyata 155.592 (33,1 persen) kasus serangan jantung tersebut terjadi selama pertandingan piala dunia periode Mei dan Agustus," jelas Ari.
Dari penelitian ini didapat bahwa pada pertandingan piala dunia, terjadi peningkatan kasus serangan jantung yang sampai dirawat dirumah sakit sebesar 9-16 persen. Namun serangan jantung yang meningkat tidak meningkatkan terjadinya kematian.
Pada penelitian ini juga terungkap bahwa ternyata kemenangan pun tetap meningkatkan kejadian serangan jantung. Hal ini terjadi pada 2002 ketika Brasil menjadi juara piala dunia tetap terjadi peningkatan serangan jantung.
Ari berharap kekalahan telak Brasil ini tidak menjadi pencetus serangan jantung fans sepak bola Brasil di Indonesia.
"Karena bukti klinis menunjukkan bahwa hasil pertandingan olahraga merupakan salah satu stres yang dapat mencetuskan serangan jantung," tutupnya.