Studi: Kurang Tidur Turunkan Fungsi Otak

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 08:38 WIB
Studi: Kurang Tidur Turunkan Fungsi Otak
Ilustrasi tidur. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kurang tidur berhubungan dengan ingatan dan fungsi eksekutif otak yang lebih buruk pada orang berusia 50 sampai 64 tahun.

Kesimpulan tersebut didapat setelah para peneliti Universitas Warwick di Inggris menganalisis data tidur dan kognitif (fungsi otak) dari 3.968 lelaki dan 4.281 perempuan yang ambil bagian dalam "English Longitudinal Study of Ageing" (ELSA) yang melaporkan kualitas, dan kuantitas tidur selama satu bulan.

Pada dewasa berusia 50 dan 64 tahun, tidur dalam jangka waktu pendek (kurang dari enam jam per malam) dan tidur dalam jangka waktu panjang (lebih dari delapan jam per malam) berhubungan dengan skor fungsi otak yang lebih rendah.

Sebaliknya, pada dewasa yang lebih tua (65-89 tahun) skor fungsi otak yang lebih rendah hanya teramati pada mereka waktu tidurnya panjang.

"Tidur enam sampai delapan jam per malam sangat penting untuk fungsi otak yang optimal pada orang dewasa yang lebih muda," ujar Dr. Michelle A Miller dari Universitas Warwick dalam siaran publik Universitas Warwick, seperti dilansir dari hngn.com.

Ia menambahkan, hasil ini konsisten dengan riset sebelumnya, yang menunjukkan tidur enam sampai delapan jam per malamĀ  optimal untuk kesehatan fisik, termasuk risiko terendah terkena obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan stroke.

Namun pada orang dewasa berusia lebih muda yang menjelang masa pensiun, kata Miller, kualitas tidur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan skor fungsi otak.

Sementara pada orang dewasa yang lebih tua (65 tahun lebih ), ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan skor yang diamati.

"Mengoptimalkan tidur pada usia yang lebih tua bisa membantu menunda penurunan fungsi otak seiring bertambahnya usia atau memang dapat memperlambat atau mencegah penurunan secara cepat yang mengarah ke demensia," kata Profesor Francesco Cappuccio mengomentari hasil penelitian tersebut.

Miller menyimpulkan, jika kurang tidur merupakan penyebab penurunan kognitif masa depan, maka perbaikan non-farmakologis dalam tidur dapat memberikan alternatif intervensi kesehatan masyarakat berbiaya rendah dan lebih mudah diakses untuk menunda atau memperlambat laju penurunan kognitif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI