Suara.com - Berbagai penelitian menunjukkan bahwa selama menjalankan puasa Ramadan akan terjadi penurunan berat badan, kadar gula darah menjadi terkontrol, kolesterol total akan menurun, begitu pula dengan kolesterol jahat (LDL).
"Namun tidak banyak penelitian yang melihat secara lengkap perubahan komposisi tubuh, asupan makan dan dampak setelah Ramadan seperti penelitian yang kami lakukan ini sebelumnya," jelas Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD KGEH dari RSCM di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Penelitian bertajuk “The Ramadan fasting decreased body fat but not protein mass in healthy individuals” ini, lanjut dia, dilakukan di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM pada 43 orang sehat (staf medis) yang melakukan puasa Ramadan pada 2013.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan komposisi tubuh secara lengkap dengan menggunakn alat khusus yaitu GAIA 359 PLUS (Jawon Medical, South Korea), pemeriksaan antropometri dan analisa asupan makan harian.
Pemeriksaan dilakukan pada hari pertama Ramadan, hari ke-28 dan 4-5 minggu setelah puasa Ramadan.
Subjek penelitian diberi kebebasan untuk mengonsumsi makanan seperti biasa saat mereka puasa. "Begitu pula untuk aktifitas, tidak ada pembatasan. Mereka tetap bekerja seperti biasa sesuai profesi masing-masing dokter, perawat dan ahli gizi," jelas Ari.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan komposisi tubuh dengan menggunakan alat untuk mengukur komposisi tubuh dengan sistim pengukuran BIA (Bio Impedance Analysis).
"Melalui alat ini dapat diukur massa protein, mineral, air, lemak tubuh dan ratio pinggang dan panggul," terangnya.
Subjek penelitian ini, Ari menjelaskan, terdiri dari perempuan sebanyak 86 persen dan 44 persen subjek penelitian memiliki berat badan lebih atau kegemukan (IMT > 23 kg/M2).
"Sementara rata-rata umur subjek penelitian 34 tahun dengan rentang kurang lebih 11 tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek penelitian 23,7 kg/M2 dengan rentang kurang lebih 4 kg/M2," rincinya.