Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Kerusakan Otak

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 23 Juni 2014 | 18:20 WIB
Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Kerusakan Otak
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi terkini menemukan bahwa kekerasan pada anak dapat mengurangi volume otak, tepatnya bagian otak yang  bertanggung jawab untuk memproses informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli di King College London dan FIDMAG Sisters Hospitaller Foundation for Research and Teaching di Spanyol ini, menganalisis hubungan antara penganiayaan anak dan volume materi abu-abu pada otak.

"Penganiayaan terhadap anak bertindak sebagai stressor yang fatal yang menghasilkan perubahan fisiologis dan neurobiologis yang menyebabkan perubahan permanen dalam struktur otak," kata Joaquim Radua, seorang peneliti di FIDMAG, seperti dilansir dari Zeenews.

Dalam rangka untuk memahami kelainan yang paling kuat dalam volume otak tersebut, tim peneliti, termasuk National University of Singapore, melakukan meta-analisis dari voxel berdasarkan studi morfometrik pada kasus kekerasan pada anak.

VBM adalah teknik analisis neuroimaging (pencitraan saraf) yang memungkinkan penyelidikan perbedaan fokus dalam anatomi otak untuk membandingkan resonansi magnetik otak dari beberapa kelompok penelitian.

Penelitian ini melibatkan dua belas kelompok data yang berbeda terdiri dari total 331 orang (56 anak-anak atau remaja dan dewasa 275) dengan riwayat kekerasan pada anak, ditambah 362 orang yang tidak mengalami kekerasan (56 anak-anak atau remaja dan dewasa 306 orang).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume materi abu-abu otak anak yang mengalami kekerasan secara signifikan lebih kecil.

Kelainan materi abu-abu (otak) yang paling konsisten pada anak yang mengalami kekerasan terletak di ventrolateral prefrontal dan daerah limbik-temporal.

Daerah ini memiliki perkembangan yang relatif terlambat, yaitu setelah penganiayaan. Kerusakan tersebut, kata Radua, bisa menjelaskan afektif dan defisit kognitif orang dewasa dengan riwayat kekerasan saat masa kecilnya.

Studi ini dipublikasikan dalam American Journal of Psychiatry.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI