Suara.com - Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus penanggulangan HIV/AIDS, Jaringan Aksi Perubahan Indonesia atau JAPI meminta pemerintah agar memproduksi sendiri Anti Retroviral (Pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV).
"Saat ini Indonesia masih mengandalkan pasokan ARV dari India dan belum bisa memproduksi obat tersebut padahal dari data yang kami miliki jumlah Orang dengan HIV/AIDS cukup tinggi," kata Koodinator JAPI Sukabumi Nurul Anzalta, Selasa (27/5/2014).
Menurut Nurul dari data Kementerian Kesehatan RI, hinggga Juni 2013 jumlah kasus AIDS sebanyak 43.677 orang dan angka kematiannya mencapai 8.340 jiwa, sedangkan jumlah pengidap HIV/AIDS yang telah mendapatkan terapi pengobatan ARV sebanyak 34.961 orang.
"Jika melihat data tersebut jumlah ODHA yang baru mengkonsumsi ARV baru sekitar 32 persen dan data tersebut pada 2013 bahkan diperkirakan pada tahun ini pengidap HIV/AIDS jumlahnya terus bertambah," katanya.
Dia juga prihatin ternyata mayoritas ODHA atau Orang Hidup dengan HIV AIDS sampai saat ini belum mendapatkan terapi ARV, padahal pengobatan tersebut sangat dibutuhkan oleh ODHA untuk menekan pertumbuhan virus yang menggerogoti daya tahan tubuh orang itu.
"Bahkan kami lebih prihatin lagi ada informasi yang menyebutkan India tidak akan mengekspor lagi ARV yang menyebabkan ODHA akan kesulitan mendapatkan pengobatan, maka dari itu kami memohon kepada pemerintah agar bisa memproduksi ARV dan kami yakin ilmuwan di Indonesia mampu membuat obat seperti itu," tambahnya. (Antara)